DIANTARA banyak hiasan dinding ruang tamu yang pernah wara-wiri di rumahku, cuma satu yang bertahan lebih lama dari warna cat sebuah pedang pajangan bergaya kerajaan yang sejak 2005 setia nempel di dinding ruang tamu berwarna kuning kunyit.
Bukan lukisan pemandangan, bukan foto keluarga bingkai emas, bukan quote motivasi ala Pinterest. Tapi sebuah pedang hias model kerajaan, mirip yang muncul di sinetron kolosal malam Jumat tahun ’90-an. Gagangnya berkilat, sarungnya klasik, auranya… bikin tamu langsung duduk lebih tegak.
Pedang ini bukan beli online, bro. Ini hadiah dari kolega yang sekarang sudah almarhum, hasil perburuan dari toko dekorasi yang bangkrut. Katanya, ini oleh-oleh dari luar negeri, entah benar entah cuma biar kesannya dramatis. Yang jelas, dari sejak dikasih, udah empat kali pindah rumah, dan pedang itu tetap jadi bintang utama hiasan ruang tamu. Sekarang, dia bertengger gagah di rumah kami di Pesona Harapan Jaya, jadi penanda bahwa meski hidup sering pindah-pindah, ada yang selalu dibawa cerita.
Pernah nyaris digusur istri pas lagi tergila-gila konsep Japandi. Tapi dia bilang, “Kalau dicopot, nanti energi maskulinnya kabur!” Entah itu filosofi atau akal-akalan, yang penting pedang selamat.
Tiap ada tamu baru, pasti nanya,
“Bang, itu pedang asli?”
Kujawab sambil setengah merem,
“Asli… dari kerajaan masa lalu yang cuma segelintir orang bisa pahami.”
Padahal… ya jelas cuma pedang hiasan, tapi kan yang penting aura dan cerita.
Kalau si pedang bisa ngomong, mungkin dia bakal nyeletuk. “Kamu udah tiga kali ganti gaya rambut, warna dinding dari hijau pupus ke kuning kunyit, tapi aku? Masih di sini. Setia dan nggak pernah nuntut dipoles.”
Filosofinya begini dalam hidup, gak semua harus fungsional. Ada yang cukup hadir, konsisten, dan punya nilai cerita.
Kayak si pedang itu gak pernah nyabet siapa-siapa, tapi udah menyelamatkanku dari ratusan percakapan basa-basi.
Tiap ada pertanyaan sensitif, langsung ku-counter
“Eh, liat tuh pedang! Mirip kayak di film kerajaan, kan?”
Dia tuh kayak nasi uduk tanpa bihun mungkin kelihatan biasa aja, tapi kalau gak ada, kerasa banget hilangnya.
Atau kayak jam dinding di warung padang gak banyak bicara, tapi semua orang ngelirik ke situ.
Pepatah hari ini “Jadilah seperti pedang pajangan di ruang tamu gak harus tajam, yang penting bikin segan dan punya cerita.”
Dalam dunia dekorasi rumah unik, kadang yang paling tahan lama justru yang gak ikut tren. Pedang pajangan ini udah ngelewatin banyak gaya, dari minimalis sampai industrial. Tapi tetap dia yang pertama dilihat tamu.
Akhir kata, kalau kamu punya hiasan dinding rumah yang mungkin kelihatan biasa tapi sudah nemenin puluhan tahun, jangan buru-buru diganti. Karena di era serba instan ini, yang nempel tanpa drama itu langka.
Dan ingat, bro…
Pedang boleh cuma pajangan, tapi keberadaannya bisa bikin malu hubungan yang baru jalan tiga bulan udah saling blokir.[***]