SEPERTI di dunia persilatan, ada namanya trio legendaris semacam Wiro Sableng, Bujang Ganong, dan Petruk, maka di dunia industri pupuk juga, ada istilahnya “trio sakti” yang lagi kompak luar biasa, yakni PT Pusri Palembang, Wuhuan Engineering Co. Ltd., dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Tiga raksasa ini lagi bersinergi bikin proyek Strategis Nasional Pabrik Pusri IIIB, tapi uniknya, sebelum pabrik berdiri tegak, mereka malah menggelar acara yang bikin hati meleleh, doa bersama dan santunan anak yatim.
Bukan cuma proyek yang mau diselesaikan, tapi juga doa dan harapan yang ditinggikan, seperti pepatah lama, “Kalau mau bangun rumah, jangan lupa bangun restu”. Nah, rupanya Pusri paham betul filosofi itu.
Rabu sore (09/10), suasana di Auditorium Musi Learning Center PT Pusri Palembang terasa beda, bukan karena ada proyek baru, tapi karena suara tawa anak-anak yatim yang menggema di ruangan itu.
Sebanyak 350 anak yatim/piatu dari Kampung Sehati dan sekitarnya, mulai dari Kelurahan 1 Ilir, Sungai Selayur, Sungai Buah, sampai 3 Ilir tumplek blek hadir, lengkap dengan mata berbinar dan kantong goodie bag di tangan.
Masing-masing anak menerima santunan Rp100.000 plus souvenir manis, bukan jumlahnya yang besar, tapi nilainya luar biasa, kata orang bijak, “Sedikit rezeki yang dibagi dengan ikhlas, bisa jadi banyak berkahnya”, bahkan di hari itu, Pusri membuktikan bahwa di balik pabrik baja dan reaktor kimia, masih ada hati yang berdenyut lembut untuk berbagi.
Acara doa bersama itu dihadiri langsung oleh para petinggi ada Direktur Utama PT Pusri Palembang, Maryono, didampingi Direktur Operasi & Produksi, Sholikin, Direktur Keuangan & Umum, R. Eric J. Rachman, serta Direktur Manajemen Risiko, Panji Winanteya Ruky.
Dari kubu mitra, ikut hadir juga Mr. Du Liangfu, Construction Manager dari Wuhuan Indonesia Branch, dan Alfian Syafaruddin Putra, Project Manager PT Adhi Karya untuk proyek Pusri IIIB, lengkap, ibarat nasi goreng plus telur mata sapi, pas dan mantap!
Maryono dalam sambutannya menegaskan kalau kegiatan ini bukan cuma formalitas seremonial, tapi momen spiritual buat minta kelancaran proyek dan operasional perusahaan.
“Kami berharap kegiatan doa bersama dan santunan anak yatim ini membawa keberkahan bagi kelancaran pembangunan Proyek Pusri IIIB serta operasional produksi Pusri,” ujar Maryono.
Suaranya tenang tapi mantap, ibarat sopir bus malam yang hafal jalan, tahu betul arah tujuan perusahaannya.
Proyek Pusri IIIB ini bukan proyek sembarangan, ia masuk kategori Proyek Strategis Nasional (PSN), yakni simbol kebangkitan industri Pupuk Nasional.
Kalau pabrik ini nanti rampung, bukan cuma Palembang yang senyum, tapi petani dari Aceh sampai Merauke bakal ikut lega, sebab, produksi pupuk bakal makin efisien, modern, dan ramah lingkungan.
Kerja bareng Wuhuan dan Adhi Karya pun bukan tanpa makna karena Pusri sadar, “Kalau mau cepat jalan, jalan sendiri, tapi kalau mau jauh melangkah, jalan bareng”.
Mereka benar-benar jalan bareng, lengkap dengan helm proyek, blueprint, dan tentu saja doa.
Maryono juga menambahkan kalau sinergi ini bentuk nyata kolaborasi lintas negara dan lintas bidang. “Kami berterima kasih atas dukungan seluruh pihak, termasuk masyarakat sekitar dan tim hebat yang menjaga kelancaran proyek. Semoga sinergi ini memberi manfaat nyata bagi semua,” katanya.
Mr. Du Liangfu yang biasanya serius di lapangan pun tampak sumringah, katanya, “Kami senang bisa berkolaborasi dengan Pusri dan Adhi Karya. Proyek ini bukan cuma soal pabrik, tapi tentang persahabatan”.
Nah, kalau insinyur aja udah ngomongin persahabatan, tandanya suasana proyek ini benar-benar adem ayem dan guyub.
Menariknya, acara ini bukan cuma soal memberi santunan. Tapi juga jadi momentum buat refleksi, bahwa di balik suara mesin dan asap industri, ada doa yang bekerja diam-diam, karena, seperti kata orang tua, “Doa itu kayak pupuk, tak terlihat, tapi bikin tumbuh”.
Pusri tampaknya percaya banget sama filosofi ini.
Mereka nggak cuma bangun pabrik pupuk, tapi juga nanam benih kebaikan di tengah masyarakat sekitar. Anak-anak yatim yang disapa dan dibantu hari itu mungkin belum ngerti soal amonia atau urea, tapi mereka ngerti satu hal adalah ada perusahaan besar yang peduli dan mau datang ke kampung mereka.
Oleh karena itu, kalau biasanya pabrik identik sama mesin dan suara bising, hari itu suasana berubah jadi teduh. Doa bergema, anak-anak tersenyum, direksi menunduk khusyuk jarang-jarang pabrik pupuk jadi tempat kontemplasi.
Tapi begitulah Pusri, perusahaan yang tahu bahwa kemajuan tak bisa hanya diukur dari output tonase, tapi juga dari output kepedulian.
Pepatah bilang, “Yang menanam kebaikan, akan memanen ketenangan”, dan di hari itu, Pusri, Wuhuan, dan Adhi Karya sama-sama menanamnya, bukan di ladang, tapi di hati manusia.
Makanya, Proyek Pusri IIIB mungkin masih dalam proses pembangunan, tapi fondasi spiritualnya sudah kokoh duluan.
Sinergi tiga perusahaan ini bukan cuma di atas MoU dan tanda tangan kontrak, tapi nyata dalam bentuk aksi sosial dan doa bersama.
Dunia industri memang keras, tapi Pusri membuktikan bahwa di tengah besi baja, doa tetap punya tempat.
Karena, pada akhirnya, tak ada mesin yang bisa bekerja tanpa doa, dan tak ada pabrik yang benar-benar berdiri tanpa restu langit.
Dan kalau boleh dibilang, proyek Pusri IIIB ini bukan cuma bikin pupuk untuk tanah, tapi juga pupuk untuk hati, pasalnya di antara beton dan pipa, tumbuh juga rasa syukur, kepedulian, dan persaudaraan, oleh karena itu sinergi yang sesungguhnya, mantap, kompak, dan bikin bahagia.[***]