Anak bekatak bekaco mato
Anak bekarung bejam tangan
Alangka pacak ibu bekato
Seribu tahun jadi kenangan
SEPENGGAL pantun yang dibacakan Saparoni bocah lelaki dari suku anak dalam (SAD) dihadapan Ketua TP PKK Sumsel Feby Deru, Wakil Ketua 1 TP PKK Sumsel Fauziah Mawardi Yahya, dan Ketua TP PKK kabupaten Muratara Lia Mustika. Keberanian Saproni tak urung membuat para ibu-ibu PKK yang hadir terpukau, kemarin.
Seperti diketahui, di mess serbaguna yang berlokasi di Kecamatan Muara Rupit Muratara, terdapat 112 orang anak suku dalam yang dibina dan dididik oleh PKK kabupaten Muratara bekerjasama dengan Dinas Pendidikan juga Dinas Sosial kabupaten Muratara.
Di aula mess tersebut suku anak dalam berkumpul dan menunjukkan kebolehannya serta menceritakan pengalamannya di hadapan Ketua TP PKK Sumsel Feby Deru, Wakil Ketua 1 TP PKK Sumsel Fauziah Mawardi Yahya, dan Ketua TP PKK Muratara Lia Mustika.
Seperti Sela gadis belia suku anak dalam berasal dari Nibung yang bercita-cita menjadi dokter, mengaku senang dan nyaman tinggal di mess. Ada juga Zainal Abidin remaja lelaki suku anak dalam yang tampak terharu saat menceritakan pengalamannya.
“Sebelum tinggal di mess saya tinggal di hutan dan keluar masuk hutan membantu orangtua. Saya ingin menjadi tentara”, kata Zainal sembari menahan linangan air mata.
Sementara Untung remaja lelaki suku anak dalam menunjukkan kemampuan mengajinya dengan membaca surat Al Humazah secara fasih, sekaligus unjuk kepiawaian menyanyikan lagu india kesukaannya.
Tak pelak, melihat dan menyaksikan langsung kemampuan anak-anak suku dalam membuat Feby Deru terkesima kagum dan dilputi rasa haru luar biasa.
“Saya bangga dengan kalian semua. Anak-anakku dari suku anak dalam. Kalian harus menjadi diri kalian sendiri, tetap semangat belajar dan meraih cita-cita kalian setinggi mungkin”,ucap Feby Deru dengan mata berkaca-kaca.
Di hadapan suku anak dalam, Feby Deru mengungkapkan dirinya paham dan mengetahui bagaimana pola hidup suku anak dalam yang selalu nomaden mencari penghidupan dari hutan. Namun demikian hal tersebut tidak diperlukan lagi, sebab kini mereka telah tinggal di dalam mess kabupaten Muratara dan menjadi orang Muratara.
Selain itu, Feby Deru juga berjanji kepada suku anak dalam kelak akan membawa mereka berjalan-jalan berwisata ke kota Palembang. “Ibu berjanji akan membawa kalian berkunjung ke kota Palembang, berwisata ke BKB atau naik LRT, tapi dengan catatan anak-anak harus punya cita-cita dan prestasi”,ujarnya.
Ketua TP PKK kabupaten Muratara Lia Mustika menjelaskan kepada suku anak dalam tersebut tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama tertentu, diantara mereka ada yang muslim, ada juga yang protestan.
“Untuk kualitas pendidikan sementara ini tidak perlu muluk-muluk. Terpenting mereka telah dibekali dengan ketrampilan dan cara hidup sehat dan bersih. Alhamdulillah juga mereka ada yang hafal Pancasila, Undang -Undang Dasar 1945. Kepada mereka juga kami tidak mengharuskan agar mereka pandai dan fasih berbahasa Indonesia”, beber Lia Mustika.
Dikisahkan Lia Mustika, pada awal suku anak dalam dibina selama tinggal di dalam mess bukanlah hal yang mudah. Kerap kali suku anak dalam kembali masuk hutan dan menghilang.
“Ini adalah bentuk upaya dan langkah kami dalam memanusiakan manusia secara manusiawi. Semula tidak mudah mendidik dan membina mereka. Seringkali jika cuaca panas di malam hari mereka mencongkel dan melompat dari jendela, atau kembali ke hutan untuk menangkap labi -labi (kura-kura) kemudian dijual”, bebernya.
Dilanjutkan Lia Mustika hal terpenting juga yang menjadi perhatiannya adalah identitas suku anak dalam sebagai warga negara. Menurutnya kini tidak ada lagi suku anak dalam yang terisolir asalkan pemerintah memberikan perhatian dan kepedulian.[**]
rilis : humas