Hiburan

Libur Pandemi & Musim Kemarau Dimanfaatkan Anak-anak Bermain Layang-layang

Foto : one

MUSIM kemarau  sudah berlangsung hampir satu bulan ini, meski cuaca panas dengan suhu rata –rata hari ini, Rabu [2/9/2020] berkisar di antara 29 derajat,  namun tak menghalangi niat anak-anak belasan tahun di Komplek Perumahan Pesona Harapan, Tahap I Rt 50, Jalan KH. Azhari Kalidoni, Palembang untuk bermain.

Mereka sejak pukul 10.00 WIB terlihat ramai di sepanjang jalan perumahan yang terletak memang dipinggiran, Kecamatan Kalidoni.

Apalagi tiupan angina sepoi-sepoi terlihat menggoyang dedaunan pohon karet dan akasia yang berada di sepanjang Jalan Perumahan, menjadi suasana tak terasa panas menyengat tubuh.

Mereka terus bermain ceria, tanpa beban, meski di saat Pandemi Covid-19 masih menghantui. Sekolah memang saat ini belum normal seperti biasa, hanya via online, sehingga waktu bermain hampir dilakukan bocah belasan tahun tersebut hampir setiap hari.

Layang –layang disaat kemarau dan libur ini menjadi hiburan favorit mereka, selain  sepak bola dan sepeda. Layang-layang merupakan permainan turun menurun, bahkan mainan ini sudah sangat mendunia.

“Nah, lego layangan aku keno peci, “kata Dzikri kecil, bocah berusia 10 tahun berucap.

Layang-layang dimainkan dengan menggunakan tali yang panjang, dengan  memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya.

Melansir Wikipedia terdapat berbagai tipe layang-layang permainan (di Sunda dikenal istilah maen langlayangan). Yang paling umum adalah layang-layang hias (dalam bahasa Betawi disebut koang) dan layang-layang aduan (laga). Terdapat pula layang-layang yang diberi sendaringan yang dapat mengeluarkan suara karena hembusan angin.

Di beberapa daerah Nusantara, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu, biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu, kemudian diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi. Diduga beberapa bentuk layang-layang tradisional asal Bali berkembang dari layang-layang daun karena bentuk ovalnya yang menyerupai daun.

Di  Jawa Barat  Lampung dan beberapa tempatlain di Indonesia, layang-layang digunakan sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrektertentu dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain misalnya, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap Kalong dan Kalilawar.

Penggunaan layang-layang sebagai alat bantu penelitian cuaca  dikenal sejak abad ke-18. Contoh yang paling terkenal adalah ketika Benyamin Franklin menggunakan layang-layang yang terhubung dengan Kunci untuk menunjukkan petir membawa muata listrik. Catatan pertama yang menyebutkan permainan layang-layang adalah dokumen dari China sekitar 2.500 sebelum Masehi

Kini setiap musim kemarau layangan masih menjadi permainan yang favorit anak-anak. [***]

One

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com