DI balik wajah kusam pagi akhir pekan di Palembang, ada kisah human interest kocak yang nyaris luput dari sorotan kamera dan berita utama. Tepatnya di pinggiran Pasar Lemabang, Sabtu akhir pekan lalu, tiga truk Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palembang berjibaku melawan tumpukan sampah yang baunya bisa bikin lalat pensiun dini.
Pasukan kuning alias petugas kebersihan, dengan semangat seperti mau menyelamatkan dunia, turun tangan mengangkut, memilah, dan menyelam ke lautan sampah rumah tangga yang menggunung seperti bukit harapan patah.
Jangan bayangkan ini kerja santai sambil nyeruput kopi, ini medan perang, Bung…!. Dengan hanya bermodal garpu sampah, sarung tangan bolong, dan semangat membara, mereka menggali tumpukan plastik, sisa sayur, popok, hingga rahasia rumah tangga warga yang terbongkar ke permukaan. Kata orang bijak, “lebih baik keringat menetes saat bekerja, daripada air mata menetes lihat tumpukan sampah.” Nah, pasukan kuning kita ini memilih yang pertama.
Satu per satu, tiga truk DLH pun mulai gemuk, karena kenyang diisi sampah. Tapi bukit sampah seolah tak ada habisnya. Warga sekitar hanya bisa melongo, beberapa malah nekat buang sampah diam-diam dari atas motor, kayak agen rahasia buang dokumen rahasia. Ada yang buka jok motor, keluarin kantong kresek, lalu… zup! Dilempar ke lokasi yang sudah penuh. Untungnya, ada juga yang malu-malu kucing dan akhirnya mundur perlahan-lahan begitu liat ada kamera dari DLH.
Si pasukan kuning itu yang terliha raut mukanya berumur 57 tahun itu, bilang sambil ngelap keringat, “Kami ini pasukan senyap. Kerja subuh, disambut bau busuk, tapi tetap senyum. Kalau kami nggak ada, Palembang bisa jadi kota aromaterapi edisi terkutuk”
Suara truk meraung, bau menyengat, tapi semangat mereka nggak luntur, kalau semangat bisa ditimbang, mungkin bisa melebihi berat sampah di truk. Mereka bukan hanya petugas kebersihan, mereka itu adalah pahlawan jalanan. Kadang dipandang sebelah mata, tapi jasanya segede bola dunia.
Ada pepatah bijak dari era nenek moyang “Bersih pangkal sehat, kocak pangkal awet”. Oleh karena itu, mari kita ambil pelajaran jangan buang sampah sembarangan, kalau kalian buang sembarangan, itu bukan hanya nyusahin pasukan kuning, tapi juga bikin dompet Pemkot bolong karena harus bayar armada tambahan.
Di tengah kota yang sedang mengejar status smart city, ada baiknya kita juga jadi warga smart dumping. Buanglah sampah pada tempatnya, bukan pada waktunya saja, jangan jadi generasi “lempar, lari, lupa.”
Cerita ini bukan sekadar tumpukan sampah. Ini soal manusia-manusia sederhana yang menyimpan keberanian luar biasa. Kita mungkin kerja di balik meja, tapi mereka kerja di balik gunungan sampah. Jadi, kalau ketemu pasukan kuning, sapa dan ucapkan terima kasih. Jangan cuma bilang “kerja yang rajin, ya,” sambil buang sampah seenaknya.
Kalau kita nggak bisa bantu mereka, setidaknya jangan nambah beban mereka, karena seperti kata bijak yang baru saya karang “Sampah yang kau buang sembarangan hari ini, adalah bom aroma yang bisa meledak besok pagi”.[***]