Features

Menuju Kairo, Rama & Tiket Sakti ke Negeri Seribu Minaret

ist

Sumselterkini.co.id, – Kalau rejeki sudah nempel di jidat, jangankan pintu tertutup, jendela pun bisa dibuka dari luar, begitulah kira-kira nasib baik Muhammad Kurniadi Ramadhan yang akrab disapa Rama siswa MAN 1 Musi Banyuasin ini,  sukses mengantongi tiket langka ke Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

Ibarat nasi bungkus yang dibeli pas hujan reda nikmatnya dobel!, Rama ini bukan anak biasa. Kalau diibaratkan, dia tuh seperti biji salak di kolak kehadirannya bikin manis cerita dan bikin bangga satu kabupaten. Lolos di jurusan Usuluddin, yang konon katanya adalah jurusan kelas wahid di Al Azhar, Rama seakan sedang menapaki jalan panjang menuju peradaban ilmu keislaman yang luar biasa.

Dalam podcast Gema Randik, Rama duduk kalem dengan wajah adem seperti air kolam yang belum dipancing. Di sampingnya, sang Kepala MAN 1 Muba, Dra. Mardianah, M.Pd., tampak sumringah seperti ibu guru habis dapat kabar kelasnya juara umum.“Saya bersyukur sekali. Ini mimpi lama saya. Semoga saya bisa membawa nama baik keluarga, sekolah, dan Musi Banyuasin,” kata Rama sambil menyeka keringat yang entah karena haru atau karena AC-nya kurang dingin.

Kalau orang lain mungkin sibuk cari filter buat nambah glow up, Rama lebih sibuk ngaji, belajar filsafat, dan membaca buku-buku klasik. Tak heran, Universitas Al Azhar yang sudah berdiri sejak zaman dinosaurus belum punah (oke, itu agak lebay), akhirnya memilih Rama jadi salah satu mahasiswanya.

Kepala Dinas Kominfo Muba, Herryandi Sinulingga, langsung pasang status di dunia nyata bangga bukan kepalang.“Rama ini bukti bahwa anak-anak Muba bisa!. Setiap yang berprestasi akan kami undang untuk berbagi inspirasi. Kami viralkan, kami bikin kontennya, kami undang ke podcast, radio, Muba TV, sampai ke timeline ibu-ibu pengajian!” ujar Sinulingga dengan semangat seperti MC lomba 17-an.

Dari sisi sekolah, Bu Mardianah sang kepala madrasah mengibaratkan Rama seperti tanaman yang tumbuh subur karena rajin disiram ilmu dan doa.“Rama itu anak yang tekun, sopan, dan tidak pernah bolos kecuali kalau sakit atau disuruh guru. Dia bukan cuma cerdas, tapi juga rendah hati. Semoga jadi motivasi buat adik-adiknya,” ungkap Bu Kepsek dengan mata berbinar, kayak lampu LED habis diganti baru.

Rama ini ibarat kopi di pagi hari membuka mata kita bahwa harapan itu nyata, lolos ke Al Azhar bukan kayak pesan tahu bulat yang dadakan dan digoreng di mobil bak. Ini hasil perjuangan panjang, dari ujian demi ujian, dari hafalan yang panjangnya bisa bikin sakit tenggorokan  hingga doa orang tua yang tak putus-putus, seperti air galon yang nyala terus.

Dan tentu, pemerintah daerah bukan tinggal diam. Prestasi begini bukan cuma dikasih selamat di WhatsApp, tapi dibungkus dalam bentuk nyata dukungan, promosi, bahkan undangan jadi bintang podcast. Ini bukan hanya soal Rama ke Mesir, tapi bagaimana kabar baik ini bisa menyebar seperti undangan hajatan yang mampir ke tiap rumah.

Prestasi Rama bukan sekadar tiket ke luar negeri. Ini adalah tamparan mesra untuk kita semua bahwa anak daerah pun bisa mendunia. Bahwa dari balik papan tulis dan sajadah sekolah, bisa lahir calon intelektual yang kelak menebar cahaya ilmu dari Kairo ke Sekayu, dari Masjid ke Madrasah, dari hati ke hati. Jadi, kalau ada yang masih malas belajar, ingatlah Rama sudah nyiapin koper ke Al Azhar, sementara kamu masih nyari charger yang hilang entah di mana.[***]

Terpopuler

To Top