Features

Air Balui, Cerita Hidup Desa

ist

PAGI itu, jalan di Air Balui masih basah setelah hujan semalam. Genangan kecil mengintai, siap membuat siapa saja yang melintas tersandung lumpur. Tapi warga sudah terbiasa.

Mereka tertawa sambil menapaki jalan, bercanda tentang “kolam renang gratis” yang selalu muncul setelah hujan. Hidup di sini memang penuh tantangan, tapi tawa adalah senjata rahasia.

Di balai desa, warga berkumpul. Mereka membahas rekomendasi pembangunan kawasan transmigrasi. Suasana serius bercampur dengan candaan ringan. Asisten I Setda Muba, H. Ardiansyah, mewakili Bupati HM Toha, membuka pertemuan
“Kawasan transmigrasi Air Balui dan Jud Nganti akan kita dorong menjadi desa mandiri dan produktif. Warga tetap aktor utama, pemerintah hanya fasilitator”.

Sekretaris Disnakertrans Muba, Juanda, S.E., M.Si, menambahkan “Tim Ekspedisi Patriot telah memetakan tantangan yang dihadapi warga jalan rusak, kepastian lahan, hingga mitigasi bencana. Semua rekomendasi ini akan menjadi prioritas pembangunan tahun 2026”

Warga menanggapi serius tapi santai. Mereka bicara tentang perbaikan jalan, sertifikasi tanah, pembangunan fasilitas dasar, dan penguatan ketahanan pangan. Humor tetap hadir. Seorang warga berseloroh. “Kalau hujan deras, jalan ini bisa jadi kolam renang gratis, tapi sepatu harus siap!”

Yang lain tertawa dan menimpali.”Gratisan, tapi renangnya pakai sepatu boot, siap keringetan!”

Tawa itu membuat semua tetap semangat. Jalan berlubang diperbaiki bertahap, lahan yang belum jelas statusnya mulai disertifikasi, fasilitas dasar dibangun dengan gotong royong. Humor ringan mengikat semua langkah, dari anak-anak yang membantu menanam hingga orang tua yang mengawasi.

Bupati HM Toha, melalui Asisten I, menegaskan “Transmigrasi tidak boleh stagnan. Air Balui dan Jud Nganti harus menjadi contoh desa mandiri di Muba”.

Pepatah lama sering muncul di percakapan warga “Kalau jalan rusak, jangan ngamuk, tapi bikin jalan baru di hati dulu”. Semangat itu menular. Kesabaran, kreativitas, dan kerja sama menjadi fondasi utama mereka, lebih kuat dari hambatan fisik mana pun.

Selain pembangunan fisik, ekonomi desa mulai bergerak. Warga menanam tanaman produktif, membuka usaha kecil, dan memperkuat ketahanan pangan. Humor tetap hadir. Ada candaan tentang lomba lumpur untuk anak-anak, yang membuat kegiatan sehari-hari terasa menyenangkan. Tawa mereka bukan sekadar hiburan; itu energi untuk tetap bekerja keras dan bersatu.

Dengan dukungan pemerintah daerah dan Kementerian Transmigrasi, perubahan perlahan nyata. Jalan berlumpur diperbaiki. Lahan disertifikasi.

Fasilitas dasar mulai rampung. Warga tetap kreatif, bekerja sama, dan menyisipkan humor ringan di antara pekerjaan berat. Kolaborasi ini membuktikan bahwa tantangan besar bisa diubah menjadi peluang nyata jika ada kerja keras, semangat, dan tawa.

Air Balui mengajarkan bahwa kemandirian lahir dari kerja keras, kreativitas, kebersamaan, dan humor. Tawa ringan bukan sekadar hiburan, tapi energi untuk maju. Pembangunan nyata membutuhkan aksi nyata, tapi semangat manusia-lah yang membuat semuanya hidup.

Jalan kadang berlumpur, banjir datang, tapi Air Balui terus bergerak maju. Desa ini membuktikan bahwa tawa ringan dan kerja keras berjalan bersama. Dari candaan sederhana di jalan hingga keputusan penting di balai desa, setiap langkah warga menjadi pelajaran hidup serius boleh, tapi tetap nikmati prosesnya, tertawa, dan terus maju.[***]

Terpopuler

To Top