SEANDAINYA pupuk itu bisa ngomong, mungkin dia bakal bilang, “Aku ini bukan barang ajaib yang bisa nongol di mana aja dan harganya seenak udel”. Nah, begitulah kira-kira pesan tersirat dari PT Pusri Palembang, sang produsen pupuk legendaris yang udah eksis sejak zaman Presiden pertama masih rajin turun ke sawah.
Rustam Effendi, VP Komunikasi & Administrasi Korporat Pusri, muncul layaknya guru BP sekolah, menegaskan dengan nada tegas tapi tetap adem, bahwa pupuk bersubsidi itu ada aturannya, Bro!, harganya bukan bebas kaya parkir liar di pinggir jalan. Pemerintah sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang kudu dipatuhi di titik serah resmi.
“Pupuk bersubsidi cuma bisa ditebus di tempat resmi kayak kios pengecer, gapoktan, pokdakan, atau koperasi yang ditunjuk, kalau ada tambahan biaya kayak ongkos kirim, ya harus pakai nota terpisah. Jangan diakalin, jangan dicampur aduk kayak sambal bawang sama es krim,” tegas Rustam sambil mengingatkan prinsip sakral Pusri, 7 Tepat!, antara lain Tepat Jenis, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Tempat, Tepat Waktu, Tepat Mutu, dan Tepat Sasaran.
Nah, biar nggak dikira omdo (omong doang), Pusri juga nyetok pupuk di gudang Lini III seantero rayon, terdiri dari 95.719 ton Urea dan 47.257 ton NPK, ibarat emak-emak nyetok beras pas musim paceklik, Pusri siap tempur buat musim tanam.
Tapi yang namanya dunia, pasti ada aja yang iseng nyoba “ngakalin harga”, untuk yang begitu, Pusri sudah ngeluarin jurus pamungkas, awas aja kalau melanggar!, Pusri siap kasih sanksi bagi PPTS (Penerima Pupuk Bersubsidi pada Titik Serah) yang nekat main-main sama HET. “Kita jaga bareng-bareng biar pupuk sampai ke petani yang berhak, jangan sampai pupuknya malah ‘nyasar’ ke tangan yang salah,” katanya.
Selain jadi ‘Satpam Pupuk Nasional’, Pusri juga bareng Pupuk Indonesia (Persero) rajin ngadain edukasi, sosialisasi, sampe kerja sama bareng pemda dan aparat. Semua demi satu tujuan yakni pupuk harus tepat sasaran, bukan tepat “sasaran empuk”.
“Pupuk bersubsidi ini bukan sekadar bantuan, tapi senjata strategis buat menjaga perut bangsa tetap kenyang,” jelas Rustam, ia juga nyambungin misinya sama visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, adalah menuju kedaulatan pangan yang kokoh dan mandiri.
Pepatah bilang “Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, maknanya?, ya, secerdik-cerdiknya orang mau ngakal-ngakalin harga pupuk, ujung-ujungnya bakal ketahuan juga, karena Pusri udah pasang radar dari Sabang sampai Merauke.
Jujur itu nggak bikin rugi, apalagi kalau urusannya pupuk yang bakal tumbuhin padi buat seluruh negeri, main curang dikit aja, bisa bikin petani buntung, dan perut bangsa ikut kelaparan.
Oleh karena itu, Pusri nggak cuma jual pupuk, tapi juga ngasih pelajaran hidup yang bunyinya begini aturan itu bukan untuk ditakuti, tapi untuk dijaga, biar hasil panen tetap lebat, dan hati tetap tenang. [***]