Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi Sumsel 2025 Lampaui Nasional, Apakah Kesejahteraan untuk Semua Terwujud?

ist

“Sumsel Melesat, Tapi Jangan Sampai Terbang Tanpa Sayap”

PERTUMBUHAN ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan II-2025 menunjukkan angka menggembirakan yang melampaui rata-rata nasional. Dalam rilis resmi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (sumselprov.go.id) dengan judul “Perekonomian Sumsel Lampaui Nasional, Tumbuh Tertinggi Dalam 4 Tahun Terakhir”, tercatat pertumbuhan ekonomi Sumsel sebesar 5,42% year-on-year dan 4,65% quarter-to-quarter.

Tapi ingat!, seperti kata pepatah, “Tak semua yang berkilau itu emas”. Pertumbuhan ekonomi yang gemilang jangan sampai hanya jadi pesta angka yang membuat kita lupa, apakah seluruh rakyat Sumsel sudah merasakan manisnya kesejahteraan?.

Seandainya pertumbuhan ekonomi ini, seperti sebatang pisang raja yang mekar ranum di pohon tinggi. Semua mata tertuju dan semua lidah ingin mencicipi manisnya. Namun, apakah semua orang yang duduk di bawah pohon bisa menikmati pisang itu?. Atau justru hanya segelintir yang berhasil memetik dan menyantapnya, sementara yang lain cuma kebagian kulit pisang yang licin?

Sumsel memang melesat, data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel menyebutkan sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 10,04%, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum ikut meroket 10,29%, dan pengeluaran konsumsi pemerintah naik 19,41%. Semua ini terdengar seperti orkestra yang meriah dan menggembirakan.

Namun, dari sisi kesejahteraan masyarakat, apakah lagu yang kita dengar sama merdunya?

Jika pertumbuhan ekonomi ibarat tumpukan kue lapis legit yang menggoda, kesejahteraan adalah kue yang sampai ke tangan semua orang, bukan hanya yang berdasi dan berdompet tebal. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi sering kali hanya menguntungkan kalangan atas dan korporasi besar.

Menurut World Bank (2018), pertumbuhan ekonomi yang sejati adalah inklusif  yang mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat paling miskin dan termarjinalkan. Bila pertumbuhan hanya dinikmati sebagian kecil elite, itu sama saja seperti pesta yang hanya dihadiri oleh yang punya undangan VIP.

Di Sumsel, sektor pertambangan yang tumbuh hingga 10,04% memang membawa uang ke kas daerah, tapi juga menimbulkan persoalan lingkungan dan sosial yang belum terselesaikan. Sungai tercemar, lahan rusak, dan masyarakat terdampak sering menjadi korban bisu.

Kita boleh melompat jauh dan belajar dari Negara Chile, Negeri yang berada di Amerika Selatan, seperti kata pepatah “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”.

Karena Chile salah satu penghasil tembaga terbesar dunia, pernah merasakan ledakan ekonomi hebat dari sektor tambangnya. Namun, pada awal 2000-an, masyarakat asli di sekitar tambang menghadapi masalah serius polusi air, tanah rusak, dan penyakit yang meningkat.

Pemerintah Chile kemudian mengambil langkah bijak membagi hasil tambang dengan masyarakat lokal melalui program redistribusi, meningkatkan tata kelola lingkungan, dan memberdayakan komunitas sekitar agar mereka turut menikmati hasil pertumbuhan.

Hasilnya? Pertumbuhan ekonomi Chile menjadi lebih berkelanjutan dan manfaatnya dirasakan oleh lebih banyak orang. Ini pelajaran penting bagi Sumsel, agar tidak hanya mengejar angka, tapi juga memperhatikan dampak sosial dan lingkungan.

Sektor akomodasi dan makan minum yang tumbuh 10,29% adalah cerita sukses ekonomi Sumsel yang patut diacungi jempol. Tapi, di balik itu ada fenomena lucu mirip sinetron.

Orang-orang kaya baru nongkrong di cafe-cafe hits, menyeruput kopi latte yang harganya bisa bikin dompet meringis, sambil pamer foto di Instagram. Sementara itu, warung kopi tua di pinggir jalan, tempat nongkrong warga biasa bertahun-tahun, kadang sepi pengunjung. Petani kopi lokal pun masih bergulat dengan harga yang tak seimbang dengan biaya produksi.

Mirip pepatah Minang, “Padi di ulu, nasi di tepi”  hasil di hulu tak selalu sampai ke hilir. Pertumbuhan sektor ini menggembirakan tapi belum tentu merata.

Bikin penasaran

Pengeluaran konsumsi pemerintah naik hampir 20% adalah kabar menggembirakan, tapi juga bikin penasaran. Apakah dana besar itu benar-benar menyentuh rakyat kecil? atau hanya hilang di antara laporan dan proyek yang kurang tepat sasaran?

Dana besar seharusnya dipakai untuk pendidikan, kesehatan, pelatihan keterampilan, dan pemberdayaan UMKM. Kalau tidak, pertumbuhan ekonomi cuma jadi angka di laporan, tanpa sentuhan manusiawi.

Nelson Mandela pernah berkata, “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” (Kutipan dari pidato penerimaan Hadiah Nobel Perdamaian, 1993).

Artinya “Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia”.

Pesan ini mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk membawa perubahan positif, termasuk dalam usaha memastikan pertumbuhan ekonomi benar-benar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Kita semua pemerintah, pengusaha, hingga masyarakat  punya peran memastikan hasil pertumbuhan jadi berkah yang dinikmati bersama, hanya sedikit saran harusnya perkuat program inklusif yang menjangkau masyarakat bawah, bukan hanya pusat kota dan korporasi besar.

Kelola sumber daya alam secara berkelanjutan, jaga lingkungan, dan berdayakan masyarakat sekitar tambang. Dukung UMKM dan petani lokal, agar pertumbuhan sektor kuliner dan akomodasi tak hanya dinikmati orang kaya. Pastikan transparansi dan akuntabilitas penggunaan anggaran pemerintah agar manfaatnya nyata dirasakan.

Pertumbuhan ekonomi Sumsel yang melonjak memang pantas dirayakan, tapi jangan terlena dengan angka-angka semata. Kesejahteraan sejati adalah ketika seluruh lapisan masyarakat merasakan manfaatnya, bukan hanya mereka yang berdasi dan berdompet tebal.

Apalagi dalam hitung hari, Kita akan merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-80, mari kita jadikan momen ini sebagai pengingat bahwa kemajuan ekonomi harus berjalan seiring dengan semangat gotong royong dan keadilan sosial, seperti halnya bangsa kita yang terus berjuang meraih kemerdekaan dan kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi juga harus inklusif, berkelanjutan, dan membumi.

Dengan begitu, kita tidak hanya merayakan angka pertumbuhan yang membanggakan, tetapi juga merayakan kesejahteraan yang merata, lingkungan yang lestari, dan masyarakat yang semakin maju dan sejahtera.

Seperti pepatah lokal bilang, “Air tenang menghanyutkan”. Pertumbuhan yang stabil dan merata adalah yang berkelanjutan dan berwajah manusia. Mari kawal bersama agar Sumsel tak hanya tumbuh besar, tapi juga tumbuh bijak guna menyongsong masa depan gemilang yang tidak meninggalkan siapapun di belakang.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-80! Semoga kita semua semakin kuat, adil, dan makmur. [***]

 

Terpopuler

To Top