SUMSELTERKINI.ID, Palembang – Harga daging sapi disejumlah pasar tradisional mulai merangkan naik menjadi Rp140 ribu – Rp150 ribu per kg dari hari-hari biasa yang di jual hanya Rp 125 ribu –Rp130 ribu per kg menjelang perayaaan Hari Raya Idul Fitri 1438 H.
Namun kenaikan tersebut diperkirakan oleh sejumlah pedagang daging sapi hanya berlangsung dua hari (Rabu dan Kamis), setelah itu harga akan turun kembali.
Pantuan SUMSELTERKINI, Rabu pagi (30/8/2017) di sejumlah pasar tradisional, pedagang daging sapi mulai ramai dikerumini ibu-ibu rumah tangga untuk membeli daging, tradisi Lebaran Idul Adha memang ramainya tak jauh dengan kondisi Idul Fitri. Seperti terlihat di Pasar Suak Batok, Pasar 45, Pasar Lemabang, Pasar Kuto, Gubah dan Yada. Harga daging dijual rata-rata sebesar Rp140 ribu per kg.
“Ia di Palembang perayaaan Idul Adha tidak jauh beda dengan Idul Fitri karena setiap rumah mulai memasak makanan seperti Idul Fitri, makannya masyarakat sudah pasti belanja, seperti daging,”tutur Rusmini dijumpai saat di Pasar Tradisional Lemabang.
Menurut Adi, pedagang daging harga di Pasar Lemabang sedikit murah dibanding harga daging di Pasar Kuto. Di pasar Kuto daging sapi di jual Rp150 ribu per kg, sementara di Lembang hanya Rp140 ribu per kg.
Naiknya harga tersebut, ungkapnya karena, permintaan tinggi sementara pasokan dari rumah pemotong hewan (RPH) di Gandus terbatas, sehingga harga menjadi tinggi.
“Gimana lagi, harga daging dari RPH sudah tinggi, mau tidak mau harus naik, “paparnya.
Hal senada diungkapkan Gimin pedanga daging ditemui di Pasar 45 Palembang, harga daging sapi dijual tinggi karena daging yang dibeli mengalami kenaikan .
Permintaan dua hari ini, ungkap dia sangat tingggi karena warga Palembang mayoritas muslim yang merayakan juga Idul Adha.
Biasanya aku dia, jika hari-hari biasanya penjual hanya sekitar 60 kg, saat ini bisa mengalami kenaikan dua sampe tiga kali lipat.
Sementara pedagang daging sapi di pasar Gubah Palembang, Ujang, menjelaskan masih tingginya harga daging sapi lokal dipasaran, karena masyarakat hanya menyukai daging lokal dibanding daging impor atau beku.
“Masyarakat masih senang konsumsi daging lokal dibanding impor, karena dagingnya masih segar. Sebab dipotong fajar di Gandus, kalau sisa maka dijual ke rumah makan,” kata Ujang.
Sementara diterangkan Ujang, daging sapi atau kerbau impor yang dilakukan Bulog selama ini lebih murah, hanya Rp 80 ribu per kg. Tetapi masyatarakat kurang menyukainya.
“Memang daging itu murah dan biasanya di jual di mall. Tetapi masih ada keraguan karena tidak segar lagi, dan dagingnya kasar dan bau amis,” terangnya.