KREATIVITAS dan inovasi dalam memanfaatkan perkembangan teknologi informasi/tranformasi digital yang sangat cepat menjadi kunci untuk menghadapi tantangan pada masa pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi.
Hal itu mengemukan dalam webinar forum diskusi publik yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bekerja sama dengan DPR RI, yang bertema “Tantangan dan Peluang di Tengah Pandemi COVID-19”, di Jakarta, kemaren.
Ahmed Kurnia Soeriawidjaja, dari Direktorat Pengelolaan Media Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kemkominfo, dalam webinar tersebut menjelaskan bahwa peran strategis teknologi informasi menjadikan pandemi COVID-19 momentum dalam percepatan transformasi digital.
Transformasi digital saat ini, kata dia, tidak hanya sekadar indikator kemajuan bangsa, tapi menjadi solusi dalam menghadapi pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi.
Lanjut dia, proses transformasi digital, memisahkan pekerjaan rutin dan nonrutin. Saat ini pekerjaan yang sifatnya mekanistik dan rutin sudah bisa digantikan dengan menggunakan aplikasi digital.
“Manusia tidak lagi melakukan pekerjaan yang berulang, tapi bekerja dengan kreativitas dan inovasi memanfaatkan teknologi informasi (TI),” katanya.
Pandemi juga membuat mobilitas menjadi terbatas, tapi dengan teknologi informasi tidak menghentikan masyarakat untuk beraktivitas, sehingga internet menjadi kebutuhan pokok, transformasi digital semakin cepat dan masyarakat dituntut untuk adaptif dalam menghadapi perubahan.
Ahmed juga menjelaskan, ada tiga industri yang mengalami perubahan sangat besar dalam masa pandemi ini, yaitu; news and information, entertainment and financial.
Pada masa pandemi ini, teknologi informasi dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak dapat dilakukan dengan tatap muka seperti bekerja dari rumah (work from home), belajar dari rumah, masyarakat juga menggunakan aplikasi digital untuk berbelanja online.
“Orang tidak perlu lagi bertransaksi tunai, atau tidak perlu lagi ke bank, cukup dengan menggunakan aplikasi digital,” tambah dia.
Selain itu, transformasi digital juga mendorong kreativitas dan inovasi baru dalam bidang kesehatan, misalnya berobat dan konsultasi dengan dokter bisa lewat aplikasi online, juga ada telemedicine, pelacak social distancing, juga screening suhu badan.
“Terjadi adaptasi digital masyarakat Indonesia dalam pandemi COVID-19 ini,” katanya.
Disebutkan 56 persen konsumen di Indonesia saat ini lebih memilih pembayaran non tunai, dan ada 51 persen masyarakat yang pertama kali berbelanja secara online.
“Publik saat ini diajak lebih cepat move on ke dunia digital,” ungkap Ahmed.
Selain itu kata dia, sebelum pandemi yang menggunakan online shoping 4,7 persen, dan saat pandemi naik menjadi 28,9 persen.
Transaksi online shop juga meningkat 400 persen. “Dalam HP saat ini pasti ada aplikasi belanja online seperti; bukalapak, tokopedia atau shopee,” tuturnya.
Karena itu, Dosen LSPR Communication Business Institute ini, mengajak generasi muda untuk mengambil peluang dalam masa pandemi, dengan memanfaatkan teknologi infomasi untuk hal yang positif.
“Ayo kreatif dan inovatif, pelajari teknologi informasi, dan beradaptasi dengan perkembangannya,” tutup dia.
Hartono, Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fisip Universitas Lampung dalam kesempatan yang sama menjelaskan, pandemi COVID-19 membuat perubahan yang sangat cepat dan membawa risiko yang luar biasa, tapi di satu sisi ada perkembangan teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan dalam beraktivitas.
Selain itu, ekonomi digital yang saling menguatkan menjadi krusial, karena ekonomi digital di Indonesia bisa tetap tumbuh di tengah pandemi COVID-19, yaitu dengan menjalankan tiga pilar yakni; inovasi, adaptasi dan kolaborasi.
“Jangan masih berpikir konvensional, tapi bekerja dan beradaptasi dengan teknologi yang ada. Perkembangan teknologi jangan ditolak tapi gunakan untuk hal yang bermanfaat,” tutup dia.InfoPublik (***)