AGAR kedepan petani di Sumsel mudah mendapatkan pinjaman bank tanpa ribet dengan administrasi dan agunan, Pemerintah Prov. Sumsel bakal membuat membuat tim khusus.
Tim inilah yang akan menjembatani kesulitan petani.
“Saya sebagai Gubernur ingin menjamin tapi tentu dengan SOP yang benar demi untuk petani. Tim inilah nanti yang akan bekerja keras,” jelas Gubernur Herman Deru, kemarin.
Tim ini katanya akan menentukan zonasi atau kabupaten mana saja yang menjadi sasaran.
Termasuk juga mendata Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani (RDKK). Untuk kemudian melakukan kerjasama dengan pihak perbankan diantaranya dalam hal ini BRI, BNI, Bank Mandiri dan BSB Sumsel.
Dalam rapat tersebut juga dihadiri langsung sejumlah petani dari Kabupaten yang berhasil mendapatkan pinjaman tanpa menggunakan agunan ke bank.
Ia berharap inovasi yang berhasil dilakukan petani di Desa Talang Rejo Banyuasin bisa menginspirasi petani di daerah lain.
“Jika dalam kondisi seperti ini saja Sumsel bisa masuk peringkat 5 besar sebagai daerah tertinggi penghasil pangan,”ulasnya.
Dengan penyaluran KUR yang maksimal Ia optimis Sumsel bisa merangsek ke peringkat tiga besar.
” Dibandingkan Pulau Jawa, kita masih sangat punya potensi. Karena lahan kita sangat luas. Sementara mereka kan terbatas. Jadi Saya masih yakin sekali, ” tambahnya.
Inovasi kepala desa yang terkoordinir itu menurutnya harus dibreakdown ke seluruh kepala desa lain agar menjadi percontohan.
Dengan demikian ditargetkan Sumsel dapat menjadi Provinsi penyangga pangan di Indonesia.
Sementara itu Kepala Desa Talang Rejo, Kabupaten Banyuasin Hendri Kuswoyo, dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa kredit ratusan juta hingga miliaran rupiah yang berhasil mereka pinjam dari bank saat ini tak lepas dari bimbingan salah seorang staf bank BNI pada 2016 silam.
” Waktu itu belum banyak program seperti sekarang. Ini murni keinginan Saya karena prihatin melihat banyak “ijon” yang luar biasa. Kenal pak Suprayitno dan dia yang mengajari Saya masuk ke KUR,” katanya.
Saat itu lanjut Hendri, petani sulit mendapat bantuan pinjaman karena mereka susah mengurus adminstrasi, seperti KK, KTP dan surat keterngan usaha serta surat bahwa petani tersebut benar punya lahan.
Waktu itu cerita Hendri mulanya ada sekitar 20-25 petani yang mau meminjam. Agar tidak bermasalah pada saat pembayaran, Hendri berinisiatif meminta agar petani mengumpulkan agunan sebatas kepada kepala desa.
” Ini tidak Saya agunkan tapi simpan saja di deposit box. Kalau panen baru bayar. Kalau mereka tidak mau bayar artinya Saya yang tanggung ke BNI waktu itu. Dan Alhamdulillah selama ini mereka lancar bayar. Clear,” jelasnya.
Agar pola ini berjalan lancar tanpa kredit macet, Hendri mengaku memang harus selektif memilih petani yang bisa mendapatkan bantuan pinjaman.
“Saya yang pilih, kalau ada yang sulit bayar saya coret. Semua clear dan Alhamdulillah cair. Sebagian besar mendapat pinjaman Rp20 juta” jelasnya.
Biasanya lanjut Hendri pinjaman senilai Rp20 juta untuk saprodi itu cair Agustus dan dibayar pada bulan Februari tahun berikutnya.
“Sekarang kami sedang berupaya kredit Alsintan dan untuk administrasinya BUMdes yang mengurus. Alhamdulillah sejak 3 tahun terakhir sudah miliaran KUR yang masuk ke Desa Talang Rejo,” jelasnya.[***]
Ril/an