Agribisnis

“Beras Premium Rasa KW: Ketika Label Lebih Mulus dari Isi Nasi”

ist

(Edukasi Kocak Soal Mutu Beras & Drama Dagelan Distribusi Pangan Nasional)

DI BALIK panci yang mengepul dan nasi yang terlihat pulen di meja makan, ternyata ada cerita dagelan tingkat nasional tentang mutu beras, beras premium rasa KW, dan upaya menjaga stabilitas pangan nasional.

Ya, sodara-sodara sebangsa seberas, beras yang katanya “premium” ternyata cuma menang kemasan, kalah di kualitas. Ibarat cowok foto profilnya kayak oppa Korea, giliran ketemu asli, mirip penjaga parkiran mall. Waduh!

Negara kita katanya lumbung padi, tapi ternyata ada juga yang kelakuannya lumbung akal-akalan, dalam sebuah penggerebekan dagelan yang bukan dagelan, Polri bersama Badan Pangan Nasional (NFA) menemukan beras yang dijual sebagai beras premium, tapi ternyata isinya lebih cocok disebut beras campuran kenangan masa lalu – tampak mulus di awal, tapi bikin perut kecewa di akhir.

Beras ini jelas nggak lulus SNI, alias Standar Nasi Indonesia – eh.., maksud kami Standar Nasional Indonesia. Mutunya jauh dari ekspektasi, bahkan kalau ini ikut kontes Puteri Beras Indonesia, sudah dieliminasi dari babak perkenalan.

Deputi NFA, Pak I Gusti Ketut Astawa, sampai harus turun tangan, bukan buat masak nasi goreng, tapi buat ngirim surat resmi ke seluruh Gubernur dan Bupati/Walikota di Indonesia. Isinya? Bukan undangan nikahan, tapi permintaan tolong dong, awasi itu beras-beras di ritel dan pasar!

“Jangan sampai beras kualitas kelas ekonomi, dijual dengan harga first class. Ini bukan tiket pesawat, ini soal perut rakyat!” begitu kira-kira semangatnya Pak Ketut dalam konferensi pers yang penuh data dan keresahan.

Tak hanya kepala daerah, NFA juga nyuratin Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO). Isinya tegas jangan main drama Korea dalam distribusi beras. Jangan ada yang gaslighting konsumen pakai label premium padahal isinya bikin nasi goreng jadi bubur ayam.

Ritel diminta tetap jual beras kayak biasa, tanpa tutup-tutupi, tanpa gimmick. Yang stoknya udah ada, silakan jual, tapi ya jujur sesuai mutu. Kalau di label tertulis “beras premium”, tapi isinya premium palsu, ya itu namanya bukan berdagang, tapi berdusta sambil manggang rice cooker.

Brigjen Pol Helfi Assegaf dari Bareskrim, yang sekaligus Ketua Satgas Pangan, menjelaskan bahwa kasus ini nggak main-main. Udah 24 saksi dan ahli dimintai keterangan, dari ahli mutu beras sampai ahli rasa kecewa. Dan hasil lab menyatakan beras yang dijual tidak memenuhi standar SNI Beras Premium No. 6128:2020.

Modusnya? Ya kayak jaman dulu orang jual kaset palsu tapi bungkusnya mirip asli. Kini versi modernnya jual beras KW dengan label mewah. Kalau ini terus dibiarkan, bukan cuma konsumen yang rugi, tapi petani dan pedagang jujur juga bisa ikut kejeblos.

Di sisi lain, Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, sedang mematangkan revisi regulasi soal mutu beras dan HET (Harga Eceran Tertinggi). Tujuannya cuma satu biar nggak ada lagi drama beras tipu-tipu. Ibarat kata pepatah, beras boleh putih, tapi jangan sampai niatnya abu-abu.

Arief menyampaikan bahwa menjaga mutu beras itu bukan cuma soal harga, tapi juga soal keadilan pangan dan nasib petani. Jangan sampai jerih payah petani yang mandi lumpur tiap subuh kalah sama trik pedagang yang hanya mandi cahaya lampu sorot rak supermarket.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa nasib perut rakyat bukan tempat buat dagelan licik, kalau label bilang “premium”, ya isinya juga harus premium, jangan cuma bungkusnya aja yang kinclong, tapi isinya bikin sendok menangis.

Ingat!!, kejujuran itu seperti nasi hangat, kalau disimpan terlalu lama, jadi basi dan bau. Jadi mari kita tanak niat baik, kukus kejujuran, dan sajikan integritas di meja makan bangsa ini.

Semoga langkah NFA ini bisa jadi rice cooker moral buat para pelaku usaha nakal, karena dalam urusan beras, kita nggak butuh bumbu dusta. Kita hanya butuh nasi yang putih, pulen, dan jujur, seperti cinta Ibu di balik dapur. Jangan sampai beras KW merusak stabilitas nasional. Sebab dari nasi yang sehat, lahirlah generasi kuat.

Kalau nasi aja bisa bohong, gimana cinta?[***]

Terpopuler

To Top