BADAN Restorasi Gambut (BRG) menyesalkan masih banyaknya pembakaran lahan yang dilakukan sejumlah kalangan di lahan gambut yang ada di Provinsi Riau. Diduga pembakaran tersebut dilakukan dengan sengaja. Hal tersebut
diungkapkan Kepala BRG Nazir Foead dalam keterangan pers diterima Sumselterkini.co.id, Sabtu [3/8/2019] usai mengadakan kunjungan lapangan di Provinsi Riau, Jumat lalu.
Berdasarkan hasil pemantauan lapangan, Nazir menyaksikan langsung adanya kabut asap tipis yang mengelilingi kota Pekanbaru. Ketika dicek langsung ke sumbernya, Nazir melihat ada sejumlah lokasi lahan yang dibakar. “Sebenarnya ini sangat disayangkan. Kita sudah mengingatkan agar tidak melakukan pembakaran untuk membuka lahan,” katanya.
Yang semakin disesalkan, tambah Nazir, pihaknya mendengar bahwa pembakaran lahan tersebut dilakukan secara sistematis dan luas, yang tidak mungkin dilakukan oleh petani kecil. “Tapi ini harus dibuktikan dulu oleh aparat penegak hukum di lapangan,” tegasnya.
Nazir mengungkapkan, berdasarkan laporan pihak Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) dan Gubernur Riau, upaya pencegahan pembakaran lahan untuk mencegah kabut asap di musim kemarau ini sudah cukup efektif. Hal ini terbukti dari desa-desa “langganan” kebakaran sudah relatif bersih dari titik api, karena upaya sosialisasi 1.500 lebih personel selama sebulan terakhir. “Tapi api bermunculan di area yg selama ini jarang terbakar, dan memang tidak terkawal,” ungkapnya.
Pemerintah Pusat siap mendukung penambahan personel jika dibutuhkan oleh Gubernur Riau, selaku Dansatgas Karhutla.
Secara umum, dalam sebulan terakhir rata-rata tinggi muka air gambut di Provinsi Riau telah mengalami penurunan, demikian juga nilai kelembaban tanah gambut sudah di bawah 50%. Tinggi muka air tanah tertinggi ada di kabupaten Rokan Hulu (-60 cm) dan paling rendah ada di Kabupaten Indragiri Hilir (-120 cm). “Kita terus menggerakkan kelompok masyarakat yang selama ini menjadi mitra kami membangun sumur bor dan sekat kanal untuk melakukan pembasahan,” pungkasnya.[**]
Penulis : one