Sumselterkini.co.id, – Kalau dulu petani mainan cangkul dan pacul, sekarang eranya drone dan sinyal satelit. Rabu (23/4) kemarin, Pak Presiden Prabowo Subianto mendarat di Ogan Ilir, Sumatera Selatan, bukan buat mancing belida, tapi buat mancing produksi beras naik satu juta ton. Caranya? Tanam padi pakai drone!
Iya, drone. Alat yang biasanya dipakai anak-anak kekinian buat bikin konten YouTube atau ngejar layangan tetangga, sekarang disulap jadi tukang tebar benih. Kata Pak Prabowo, teknologi ini bisa garap 25 hektare per hari. Bandingkan sama manual yang… yah, baru satu hektare aja udah ngos-ngosan, keringat meleleh kayak iklan es teh di siang bolong.
“Dulu ini rawa, sekarang sawah modern,” kata Pak Presiden, sambil celingukan lihat drone yang terbang manja di atas lahan. Hebatnya, bukan cuma selfie drone, ini drone bisa jadi pahlawan swasembada.
Sistem ini katanya bisa bikin Sumsel naik level dari 3 juta ton jadi 4 juta ton beras per tahun. Kalau lancar, kita bisa nyalip Thailand yang selama ini langganan ekspor beras dunia. Dulu kita minta-minta, sekarang kata Pak Prabowo, “Kita bisa bantu negara lain.” Wah, Indonesia naik kasta dari ‘negara nyari diskonan’ jadi ‘negara cashback-in tetangga’, mantap.
Menteri Pertanian Andi Amran juga nggak mau kalah. Dia bilang tanam serentak ini bakal menjangkau 160 kabupaten. Targetnya 1,3 juta hektare. Kalau kata anak sekarang. “Itu sih bukan tanam padi, itu tanam mimpi nasional!”
Zulkifli Hasan juga nambahin, kalau kondisi kayak gini stabil sampe 2026, Indonesia nggak perlu impor beras lagi. Tinggal bikin stiker “Panen Lokal, Bukan Beras Global.”
Kalau di luar negeri, kita bisa intip Cina yang udah duluan pakai drone pertanian, mereka bahkan udah bisa deteksi hama dari udara, mirip intel pertanian. Tapi Indonesia punya keunikan lahan rawa diubah jadi sawah. Ini bukan cuma tanam padi, ini tanam semangat nasionalisme. Tanam impian, panen kemandirian.
Cuma, PR-nya bukan di teknologi aja, irigasi masih sering dipakai “doa” bukan pipa, banyak petani belum melek drone, apalagi sinyalnya kadang kalah sama sinyal ghibah tetangga.
Jadi, program ini keren, tapi perlu after service. jangan cuma tanam bareng presiden, besoknya petani ditinggal sama drone yang baterainya soak dan sinyalnya nyangkut di tower BTS.
Kalau ini berjalan terus, bukan nggak mungkin profesi. “Petani Digital” bakal nge-tren. Anak muda bisa nyambi nyemprot pupuk pakai aplikasi, sambil ngopi di bawah pohon jambu. Tapi ingat, semodern apa pun teknologi, kalau tak ada tekad, ya cuma jadi tontonan. Seperti drone tanpa remote berpotensi tinggi tapi melayang tanpa arah.
Selamat datang era bertani dari langit. Semoga yang dipanen bukan cuma padi, tapi juga martabat bangsa.[***]/