MASYARAKAT diimbau untuk selalu waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi sepekan ke depan. Potensi ekstrem cuaca wilayah Indonesia selama sepekan ini berdasarkan pantauan BMKG pada periode 3 – 9 April 2021.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memantau serangkaian kejadian bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang dan angin kencang di beberapa wilayah pada awal April 2021. Potensi bencana harus disikapi oleh pemerintah daerah sehingga dampak bahaya dapat dikurangi, dicegah atau bahkan dihindari.
Pada awal April 2021, angin kencang melanda empat kecamatan di Kabupaten Tapanuli, Provinsi Sumatera Utara. Sebanyak 11 rumah rusak berat akibat fenomena cuaca yang terjadi pada Kamis (1/4) sekitar pukul 13.00 WIB. Kemudian banjir di tiga kecamatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Banjar dan Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan, terjadi di hari yang sama namun pada waktu yang berbeda.
Selain itu, Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB juga mendapatkan laporan banjir bandang di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, angin kencang di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Banjir di Kabuapten Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat, dan banjri di Kabupaten Keerom, Papua. Meskipun tidak adanya korban jiwa, sejumlah kejadian ini berdampak pada kehidupan masyarakat setempat.
Berdasarkan siaran pers Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 3 April 2021, hasil analisis dinamika atmosfer-laut menunjukkan bahwa La Nina masih berlangsung paling tidak hingga Mei 2021, dengan kecenderungan menuju netral. Selain itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, faktor fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) terpantau aktif di sebagian wilayah Indonesia bersamaan dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial yang dapat berkontribusi pada peningkatan awan hujan.
Dua bibit siklon tropis juga terpantau pada dua wilayah, yaitu di Samudera Hindia barat daya Sumatera dan di Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Intensitas kedua bibit siklon tropis tersebut cenderung menguat dalam 24 jam ke depan dengan pergerakan menjauhi wilayah Indonesia,” ujar Guswanto melansir situs resmi BNPB, sabtu [3/4/2021].
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa secara tidak langsung keberadaan bibit siklon tersebut dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap peningkatkan labilitas atmosfer dan pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah Indonesia. Di samping itu, kondisi ini dapat mendorong peningkatan kecepatan angin yang berdampak pada peningkatkan ketinggian gelombang di sebagian wilayah perairan Indonesia.
Sementara itu, BMKG memprakirakan terdapat potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat-sangat lebat, angin kencang dan gelombang tinggi dalam periode sepekan ke depan di sebagian wilayah Indonesia.
Dalam sepekan kedepan potensi hujan sedang – lebat diprediksi terjadi di wilayah, antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua.
Sedangkan potensi hujan sangat lebat diprediksi terjadi di wilayah Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan NTT.
Potensi angin kencang diprediksi terjadi di wilayah Lampung, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, NTT dan Sulawesi Selatan.
Guswanto mengatakan, potensi gelombang tinggi lebih dari empat meter, diprediksi terjadi di wilayah berikut perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Bengkulu, perairan Pulau Enggano, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Banten, dan Samudera Hindia barat Kepulauan Mentawai hingga selatan Jawa Barat
BMKG menekankan pada wilayah Sulawesi Selatan dan NTT sebagai wilayah pada kategori Siaga pada tiga hari ke depan. Kondisi ini berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak untuk potensi banjir dan banjir bandang. [***]