ANDRA Lesmana Produser dan Presenter Berita Satu TV menjelaskan bahwa semua terkena dampak, termasuk orang-orang yang ada di media. Tantangan yang paling sulit, kata dia, adalah ketika harus mencari informasi langsung ke lapangan. “Dimana dalam kondisi saat ini bisa saja tertular Covid-19, karena ada beberapa teman media yang juga terkena Covid-19.
“Peluangnya lebih ke individu masing-masing ketika kita banyak bekerja di rumah, justru media sosial seperti youtube dan instagram menjadi peluang pekerjaan baru dan tentunya harus ada ide kreatif dan inovatif,” tegasnya kepada perserta Webinar Nasional dengan tema ‘Peluang dan Tantangan Industri Media di Tengah Tatanan Kenormalan Baru’ yang diselenggarakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Gelora Sriwijaya Universitas Sriwijaya (LPM GS Unsri) bersama Ikatan Alumni (IKA) LPM GS Unsri, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumsel, dan Komunitas Mobile Journalism (MOJO) Palembang, sabtu (18/7/2020).
Dilanjutkan, Firdaus, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), bahwa sesungguhnya ketika berbicara jurnalis dan bicara bisnis medianya terdapat plus minus. Seperti media elektronik dan siber, biaya produksinya rendah, tetapi pendapatan iklannya meningkat dan pemirsanya meningkat karena orang-orang beralih menggunakan televisi atau gadget. “Untuk media kita harus menjaga kualitas jurnalistik, karena media produknya adalah produk jurnalistik. Di era new normal media online jadi primadona. Ketika berbicara industri media bagaimana kita tidak meninggalkan pendoman bisnis media, dan mengkombinasi media tradisioal ke teknologi, serta mengoptimlakan media sosoial,” paparnya.
Sedangkan Firdaus Komar, Ketua PWI Sumsel, memaparkan bagaimana pengolahan media itu memanfaatkan kanal informasi dan menciptakan konten yang bisa memenuhi kebutuhan publik atau lebih lengkap. “Pada saat kita punya peluang, maka tantangannya kita harus bersaing dengan media lain. Pelaku media harus bisa eksis dengan membuat konten yang menarik, apapun perubahannya atau apapun kanalnya media tetap dibutuhkan dengan mengacu pada pers sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial dan lembaga ekonomi,” ungkapnya.
Selanjutnya, narasumber terakhir yakni Muzhar Apandi selaku Ketua Komunitas MOJO Palembang, mengatakan bahwa MOJO diciptakan dengan dalil bahwa siapapun bisa menjadi seorang jurnalis. Sebab di zaman yang semakin canggih ini untuk menjadi seorang jurnalis tidak harus memiliki kamera khusus, tetapi dengan menggunakan handphone pun sekarang sudah dapat merekam video dengan kualitas cukup memadai. Sehingga, proses reportasi pun dapat dilakukan dengan mudah.
Di Indonesia kasus Covid-19 ini sangat mengkhawatirkan, maka dari itu segala bentuk aktivitas dipindahkan menjadi online, mau tidak mau media harus mampu membuat konten yang menarik dan juga menyediakan infromasi yang tentunya menggunakan data yang faktual.
Maka dari itu, kesimpulan dari Webinar Nasional yakni kuasai teknologi, konten yang berkualitas, wartawan akan tetap hidup, berfikir positif, amati tiru dan modifikasi, kualitas data biar tidak hoak dan uji kompetensi wartawan. Saat media ini butuh banyak iklan tapi tidak hanya itu saja, dengan membuat event yang bisa memberikan informasi sekaligus promosi. Media sosial harus diikut sertakan atau digabungkan dengan media mainstream, seperti koran, majalah dan lainnya.[****]
Ril