DI tengah Pandemi Covid19 yang dalam kini sedang melanda penjuru negeri yang tercinta, bahkan juga melanda hampir seluruh penjuru dunia, dampaknya hampir menyentuh ke barbagai sektor kehidupan, tidak hanya sektor kesehatan, bahkan sudah berimbaske sektor ekonomi dan bisnis, terutama bisnisi pariwisata, juga sektor sosial kemasyarakatan bahkan keagamaan. Dampak negatifnya tidak hanya dirasakan oleh rakyat miskin dan menengah, bahkan sebagian kelompok orang kaya pun merasakan hal sama, tidak heran jika sekarang ini banyak orang kaya mendadak menjadi miskin. Tidak bisa terelakkan,ribuan orang kehilangan pekerjaan karena di PHK oleh perusahaan tempat kerjanya, atau karena kebangkrutan usaha yang sudah dibangunnya puluhan tahun. Dan tentu saja dampak sosial ini akan diiringi dengan meningkatnya angka kejahatan masyarakat, tentu saja karena urusan perut dan kebutuhan pokok lainnnya.
Dalam kenyataannya, tidak semua jenis usaha mengalami dampak negative dari pandemi Covid19 ini, ada beberapa usaha yang bahkan mengalami peningkatan omzet yang cukup siginificant. Dikutip dari berbagai sumber informasi,bisnis yang mengalami booming sejak terjadinya pandemi Covid19 antara lain: E-commerce; remote working; logistic; online schooling; webinar (online training); netflix, indihome; telco; telemedicine; cleaning service; wellness; medical equipments; home entertaiment, dan beberapa jenis usaha lainnya.Sebagai contoh, seperti yang dirilis oleh majalah Forbes baru-baru ini, ada sekitar 178 pendatang barumiliader dunia yang memiliki kekayaaan gabungan sebesar USD369 miliar, sejak terjadi pandemi covid19. Erick Yuan, pemilik aplikasi zoom, beliau menjadi kaya dan terkenal ke seluruh penjuru dunia, karena aplikasi zoomnya yang booming ke seluruh dunia, karena menjadi media alterntif untuk keperluan rapat kerja, sekolah, pertemuan keluarga, sebagai dampak dari pembatasan sosial manusia,alias harus “dirumah saja”.
Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, untuk memutus mata rantai penularan viius covid19, seperti pemberlakuan sosial distancing; physical distanicng, work from home (WFH), isolasi dan karantina mandiri; hingga PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dan sejenisnya sudah dilakukan, tetapi pada kenyataannya jumlah orang yang terjangkit masih terus saja bertambah seperti yang dilaporkan oleh ketua team gugus covid19 nasional, belum lagi angka yang tidak terdata atau tidak dilaporkan, baik itu ODP (Orang Dalam Pemantauan); PDP (Pasien Dalam Pengawasan); maupun OTG (Orang Tanpa Gejala).
Pandemi Covid19 dan Tantangan Terhadap Bisnis Industri Farmasi Nasional
Sebenarnya di tengah pandemi covid19 merupakan momentum kebangkitan industri farmasi nasional. Karena saat ini semua negera berlomba melakukan berbagai riset untuk menemukan vaksin covid19 yang hingga saat ini belum ditemukan. Dan bahkan obat pendamping seperti Vitamin C dosis tinggi yang bisa meningkatkan imun tubuh terjadi ledakan omzet yang luar biasa dibanding Sebut saja misalnya Vitamin produk Phapros, Tbk, terjadi ledakan permintaan produk golongan vitamin, seperti produk Becefort, Pehavral, Geriavita dan sejenisnnya. Lonjakan juga terjadi pada beberapa obat herbal produksi dalam negeri yang diclaim bisa mencegah penularan virus covid19 dengan peningkatan imunitas tubuh. Jadi ada peluang yang cukup besar untuk kebangkitan industri farmasi nasional sebagai salah satu pilar pembangunan nasional.Hanya saja permasalahannya adalah ketersediaan bahan baku yang sebagian besar masih harus diimport dari negara lain. Belum lagi bicara jika kapasitas produksi yang masih jauh, sumber daya manusia, dan sebagainya. Sehingga antara “suplai & dimand” masih belum berimbang. Lalu muncul lagi permasalahan teknis di lapangan, ibaratnya “sudah jatuh ketimpa tangga”. Betapa tidak, akibat perbelakuan pembatasan sosial (sosial distancing), seperti PSBB dan sebagainya, ruang gerak menjadi sangat terbatas. Akhirnya aktifitas promosi terkendala dengan tidak bertemu pelanggan; lalu pasien menurun drastis karena takut berobat ke rumah sakit karena takut tertular virus covid19, sehingga beberapa RS sudah mengeluhkan berkurangnya pendapatan, sehingga kesulitan untu melunasi pembarayan obat ke distributor obat. Tetapi haruskah kita menyerahkan dengan keadaan tersebut? Jawabannya tentu saja “Tidak”. Justru orang yang tangguh terkadang terlahir dari kondisi yang sulit, apalagi orang marketing, yang memang selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan, harus selalu ada solusi, bak kata pepatah “banyak jalan menuju roma”.
Mencari Solusi Bisnis di Tengah Badai Pandemi serta kesiapan Memasuki Era “New Normal”
Dunia pemasaran selalu dihadapkan pada tantangan dan perubahan yang tidak akan pernah berakhir. Tetapi satu hal yang harus diakui, bahwa dunia pemasaran itu bersifat dinamis, justru dengan dengan berbagai hambatan dan tantangan yang terus terjadi, ilmu pemasaran semakin berkembang. Dunia terus berubah, permasalahannya adalah tim pemasaran akan menjadi lokomotip perubahan atau malah akan tergilas oleh arus perubahan tersebut. Sudah kita dengar istilah “berubah atau mati” (change or Die).
Sebenarnya, sistem pemasaran zaman milenial adalah sistem pemasaran berbasis online. Nah, dengan hantaman badai virus covid19 seperti sekarang ini sebenarnya tidak perlu kaget berlebihan. Justru makin makin memperkokoh, bahwa pola bisnis tradisional semakin sulit untuk dipertahankan. Yang diperlukan dalam kondisi seperti ini adalah “inovasi” dan “kreatifitas tinggi” dariteam pemasaran, agar promosi tetap bisa berjalan dan penjualan tidak “terjun bebas”. Salah satu solusi media promosi saat ini adalah dengan menggunakan metode “daring” (dalam jaringan), baik melalui narasi cetak atau viisual atau yang akrab dengan istilah “Vicon” (Video conference). Hanya saja yang sangat penting untuk diperhatikan adalah “kebijakan” dan “kecerdasan” dalam penerapannnya, seperti ketapatan waktu (best time) saat mengontak customer; kekuatan “content” dari materi yang disampaikan; intonasi atau kekuatan vocal; juga kekuatan visual; dan juga kekuatan jaringan jika kita menggunakan media internet. Penggunaan medsos sebagai media komunikasi ibarat tajamnya “mata pisau” bisa menjadi “penolong” juga bisa menjadi “pembunuh” bagi yang menggunakannya. Bak kata pepatah lama, “Mulutmu adalah harimaumu”, kalau pepatah kini, “medsosmu adalah harimaumu”.
Mengutip apa yang disampaikan oleh motivator muda dan energik di bidang marketing, komunikasi dan leadership, “Adriano Giovani”, dalam suatu seminarnya via daring, untuk bisa suskes dalam menjual(selling) seorang salesman exellence harus “memperbanyak aktifitas, diiringi dengan peningkatan kualitas”, baik itu tatap muka maupun via daring, baik dalam kondisi normal apalagi dalam kondisi sulit seperti ini. Artinya, kita harus bisa menjadi “the winner” dalam situasi apa pun, dan jangan menjadi “the losser” alias “pecundang”, dengan seribu alasan. Dan tanpa disadari, situasi sulit yang kita rasakan saat ini merupakan “seleksi alam”terhadap daya tahan seseorang ataupun team pemasaran. Jika dalam situasi sulit saja bisa bertahan dan menjadi pemenang, apalagi dalam situasi normal, tentu lebih gampang untuk menjadi “the winner”.
Fadil Fatahillah, seorang konsultan dari inveture, dalam Diskusi Online yang bertajuk “Data & Insight Bisnis di Tengah Krisis Saat Ramadhan”, pada Rabu (15/4/2020), seperti yang dikutip “Suara.com”, setidaknya ada 5 (lima) hal strategi pemasaran yang bisa dilakukan saat situasi krisis seperti ini, sbb: (1) Empaty, yakni bagaimana sebuah brand dapat berempati baik terhadap konsumen mapun karyawan; (2) Solution: bagaimana sebuah produk atau merek bisa menjadi solusi untuk mengatasi pandemi; (3) Giving: saat pandemi seperti ini, adalah saatnya saling memberi; (4) Useful: bagaimana sebuah merek dapat bisa berguna dan bisa menciptkan manfaat sosial bagi konsumen (social benefit); dan (5) Responsible: “merek itu corporate citizen, bukan economic animal. Bukan hanya cari profit terus. Tapi juga punya tanggung jawab ke masyarakat,”demikian intisari yang sampaikan oleh Fadhil dalam diskusi tersebut. Dan menurut hemat penulis, kondisi masih relevan dan bisa diterapkan oleh tim pemasaran obat di tengah pandemi covid seperti saat ini.
Demikian tulisan singkat ini, semoga bisa menjadi solusi dan inspirasi untuk memasuki kondisi “New Normal” alias kembali padaTatanan kehidupan normal yang baru, dnegan kebiasaan dan cara-cara yang baru. Harus tetap tegar, tetap optimis, perbanyak usaha dan terus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.[***]
Hapzon Effendi
Penulis Pelaku Marketing Milik Pemerintah, Berdomsili di Jakarta