KOMODITAS kopi di Sumatera Selatan (Sumsel) masuk dalam lima besar, bahkan pernah duduki peringkat tiga besar di dunia dalam kuantitas kategori luas tanam dengan luas tanam kopi di Sumsel mencapai 300.000 hektare lahan.
Sumsel terdapat enam daerah penghasil kopi terbesar diantaranya Kota Pagaralam, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Empat Lawang, dan Kabupaten Musi Rawas.
Kendati demikian sebagai daerah penghasil kopi terbesar, kopi asli Sumsel sering kali diklaim oleh daerah lain, karena sebagian besar kopi Sumsel di ekspor melalui pelabuhan dari daerah lain. Alasan Sumsel tidak punya pelabuhan Samudera yang besar.
Untuk mengembankan komoditi kopi di Sumsel perlu didirikan akademi kopi dengan harapan dapat mengedukasi petani, agar punya jiwa entreprenuer, dimana tidak boleh hanya menjadi buruh ditanahnya, melainkan juga harus menjadi pelaku usaha.
Ada tahapan penanaman, produksi dan marketing. Petani masih banyak keterbatasan, karena mereka rata-rata hidup di desa-desa, maka pemerintah dan asosiasi-asosiasi yang harus menggagas ini mulai dari cara menanam,produksi hingga marketingnya.
Kopi dipelihara dengan cara konvensional, dijual dengan cara traditional sudah dapat memberikan kesejahteraan, apalagi di olah secara modern dijual dengan memanfaatkan digital saat ini, sehingga bisa mendunia.
Terlebih, saat ini sudah ditemukan peremaajan lahan itu tidak harus dengan replanting ataupun menebang. Melainkan dengan membuat tunas baru yang produksi nya bisa bertambah berlipat-lipat.
Untuk diketahui pula Provinsi Sumsel punya kopi liberica yang masih sangat mungkin secara kuantiti ditambah, karena liberica bisa hidup di tanah yang dataran rendah, bahkan di lahan gambut.
Misalnya Kota Pagaralam punya permohonan untuk pemprov mentriger ini, dan sudah setujui Pemprov. Sumsel lebih kurang 1 juta bibit untuk tempelnya, artinya juga bersosialisasi cara pengolahan kopi menjadi bahan tanam.
Hal tersebut diakui juga Gubernur Porvinsi Sumsel Herman Deru saat membuka kegiatan Sriwijaya Coffee dan Coolenary 2019 di Museum Tekstil Kambang Ikan akhir pekan lalu.[**]
Penulis : ril