KEPALA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, Letjend TNI Doni Monardo mengatakan bahwa upaya pencegahan akan lebih baik dari pada pemadaman.
“Alhamdullilah kerjasama ini sangat baik hampir seluruh wilayah yang tebakar mulai tiga hari terakhir turun hujan. Ini juga berkat satgas dan doa yang dikendalikan oleh Gubernur. Jadi kita sudah bekerja dan berusaha. Namun upaya yang kita lakukan belum ada ridho dari Allah,”katanya, kemarin.
Tentu, dia menilai dalam mengatasi karhutla ini terlihat sudah sungguh luar biasa. Bahkan dalam waktu dua bulan ini sudah puluhan ribu tenaga dari berbagai intansi baik dari upaya, pencegahan dan pemadaman.
“Jadi kita harus tau apa itu gambut? Gambut itu adalah fosil batubara muda. Kalau bicara fosil bahwa batu bara ini adalah bahan bakar , dan gambut harus basah, berair dan rawah. Sehingga gambut tidak boleh berdiri sendiri. Membiarkan gambut kering bearti menganiaya,”katanya.
“Ketika gambut ini kering dan terbakar maka kita akan kewalahan. Dan hari ini kita bersyukur bahwa selain di Provinsi Sumsel dan daerah lainnya telah diturunkannya hujan,”ungkapnya.
Di kesempatan ini dirinya mengharapkan dan mengajak Kepala Daerah baik Bupati/Walikota untuk bisa menyusun konsep yang terintegrasi termasuk juga bagaimana kerjasama dengan Pemerintah dan Anggota Dewan agar ada dana cadangan untuk kebencanaan. “Tahun depan kita harapkan di Sumsel tidak ada lagi karhutla . Maka hal tersebut harus didukung dengan bersinergi semua,”tutupnya.
Sebelumnya, Komandan Korem (Danrem) 044 Garuda Dempo (Gapo) Kol Arhanud Sonny Septiono memaparkan di Provinsi Sumsel luas lahan gambut terbesar nomor 2 dari pulau Riau. Penyebab karhutla 1% Alam dan 99 % akibat manusia. Dalam mendukung pengendalian karhutla Provinsi Sumsel telah menurunkan 1.612 tim satgas.
“Prakiraan musim kemarau di Sumsel diprediksi tahun 2019 ini akan lebih kering dari tahun 2018 dan mendekati pada tahun 2015. Alhamdulilah terlihat Titik hotspot sudah menurun hal ini juga diakibatkan turunya hujan,”katanya.[**]
Penulis : dil