Selain pasir putihnya, Pulau Maspari yang berada di Kabupaten OKI ini memiliki keunikan, pasalnya sebagai tempat favorit para Penyu Sisik dan Penyu Hijau.
Sumselterkini.co.id, OKI – Pulau Maspari. Demikian orang-orang menyebut pulau yang berada di ujung Timur Provinsi Sumsel ini. Pulau yang terletak di Desa Sungai Lumpur, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) ini mulanya terkenal, karena memiliki pantai dengan pasir putih yang indah.
Tak banyak yang tahu bahwa Maspari juga memiliki keistimewaan lain yang tak kalah menarik. Ya, Maspari ternyata merupakan pulau favorit bagi kawanan penyu bersisik (Eretmochelys Imbricata) dan penyu hijau (Chelonia Mydas) sebagai tempat bertelur.
Momen ini tentu saja tak disia-siakan oleh rombongan Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya saat sempat berkunjung ke Maspari pada Senin 25 Januari lalu. Demi melihat langsung bagaimana penyu-penyu ini bertelur, orang nomor dua di Sumsel itu beserta rombongan rela menginap, keluar tenda dan menunggu di bibir pantai hingga dini hari. Meski tak tidur semalaman, rasa lelah mereka langsung terbayar setelah menyaksikan langsung bagaimana keunikan penyu ini bertelur di tengah kegelapan malam.
Ketua Tim Ekspedisi Ceng Ho, Agus Sunyoto yang ikut ambil bagian saat itu mengungkapkan sebenarnya tidak semua pantai disukai penyu. Karena itu pasti ada alasan khusus penyu-penyu tersebut mau datang jauh-jauh ke Maspari setelah mengembara kesana kemari.
“Selain karena mereka dahulunya dilahirkan disana (Maspari), biasanya kalau penyu tertarik datang ke suatu pulau itu bisa menjadi indikator bahwa pulau tersebut sehat (tersedia sumber makanan dan terumbu karang yang sehat),” jelasnya.
Pada umumnya kata Agus penyu yang datang ini adalah justru yang dahulunya memang lahir di pulau Maspari. Karena itu meskipun mereka berkelana keliling samudera, namun berkat GPS alami yang dimiliki, mereka dapat kembali lagi ke Pulau Maspari yang kini digalakkan menjadi destinasi wisata baru di Sumsel.
Dikatakannya pula Penyu bersisik dan penyu hijau yang ada di Maspari sudah sepatutnya dijaga dan dilestarikan karena keduanya masuk dalam 6 jenis spesies penyu yang masih ada di dunia. Atas dasar itu pula ia beserta tim eksepdisi meneliti penyu-penyu ini untuk sekaligus mengedukasi masyarakat yang ada di sekitar pulau untuk bersama-sama menjaga penyu dari ambang kepunahan.
“Sewaktu disana kemarin, saya sempat perintahkan piket jaga telur penyu kepada personil, agar bisa disaksikan oleh rombongan Wagub. Namun entah bagaimana kelanjutan nasibnya setelah kami tinggalkan. Meskipun kami upayakan menghapus jejak dan menyamarkan kondisi lubang tempat penyu bertelur,” ujarnya.
Setiap hari saat musim bertelur datang, cerita Agus sedikitnya 16-20 ekor serentak bertelur di sekitar pulau. Biasanya mereka ini mulai keluar untuk bertelur pada pukul 22.00 wib hingga menjelang fajar saat aktivitas manusia mulai berkurang. Setiap penyu rata-rata membutuhkan waktu hingga 1 jam untuk satu bertelur. Satu induk biasanya mengeluarkan sebanyak 150 hingga 250 butir tiap satu kali bertelur.
Selain pertengahan bulan Februari, penyu-penyu betina ini akan banyak bertelur pada bulan Mei antara 3-4 tahun sekali. Bagi pecinta hewan bahkan peneliti, moment ini tentu sangat langka dan sayang dilewatkan begitu saja.
“Namun sayangnya, banyak nelayan dan warga yang datang justru hanya untuk mencuri telur penyu disana. Cangkang penyu sering dijadikan obat-obatan kosmetik atau hiasan. Telurnya (mitosnya) untuk kejantanan,” paparnya.
Saat akan bertelur penyu cenderung sangat penyendiri. Tak heran apabila terganggu cahaya sedikit saja pada saat mau keluar telur, maka induk penyu akan kembali melaut. ” Mereka ini sangat penyendiri. Gak bisa kena blitz kamera atau sorot lampu senter,” tambahnya.
Dia meyakin pantai Maspari yang masih sangat alami dan minim cahaya, menjadi salah satu daya pikat penyu untuk berkembang biak. “Mereka tahu di sini tidak ada gangguan dan mereka juga sudah memastikan posisi lubang telur penyu tidak terendam air laut. Perut penyu dapat mendeteksi suhu,” jelasnya.
Menjanjikan
Selain aktivitas penyu bertelur, konon kata Agus Pulau ini sangat bersejarah dan diduga menjadi tempat Laksamana Ceng Ho bersama 28.000 pasukannya singgah dan menambatkan 137 kapal-kapal layar di karang tinggi/ jati. Pulau dengan pasir putih inipun menjanjika pemandangan sunset dan sunrise yang sangat indah bahkan cocok sekali menjadi lokasi bagi pecinta snorkling, diving hingga selancar, memancing hingga banana boat dan berkano.
Sementara itu setelah dua kali melakukan kunjungan ke Pulau Maspari, Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya semakin yakin kalau Maspari makin menjanjikan. Karena itu pula pada kunjungannya yang kedua itu MY sapaan akrab mantan Bupati OI dua oeriode tersebut melakukan sejumlah kegiatan. Selain mencanangkan Maspari sebagai destinasi wisata baru di Sumsel, ia juga melakukan penanaman pohon mangrove dan kelapa serta membangun Pos terpadu hingga membangun pusat pembenihan ikan laut dan udang.
“Kegiatan ekonomi di pesisir pantai sudah mulai ramai dan aktivitasnya luar biasa dan jadi rebutan. Makanya kita minta bantuan Polairud, Lanal, Dispar dan Dinas Perikanan dan Kelautan serta desa setempat untuk kita bangun Posko Terpadu,” tambah Mawardi usai melakukan peletakan batu pertama Posko terpadu.
Selain membangun Posko Terpadu yabg dutarget selesai 2020, menurutnya perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat setempat untuk menjaga dan ikut berpartisipasi mengembangkan potensi Pulau Maspari. Termasuk melakukan pembinaan kepada masyarakat pesisir agar jangan sampai mengganggu ekosistem di sekitar pulau seperti misalnya jika ada hutan lindung dan sebagainya.
Diakui Mawardi saat ini akses ke lokasi memang masih terus dibenahi agar Pulau Maspari makin mudah dikunjungi. Sehingga pengunjung bisa menikmati keindahan pulaunya dengan menempuh perjalanan 5-6 jam saja. Terpenting kata dia segala potensi terus dikembangkan agar mengundang wisatawan datang. Ia bahkan berencana segera membuat helipad untuk membuka akses melalui udara.[**]
Penulis : One