Agribisnis

Begini Cara Sumsel Dongkrak Harga Karet Untuk Selamatkan Petani

foto : Humas Pemprov Sumsel

Sumselterkini.co.id, Palembang – Sejak beberapa tahun belakangan harga karet yang berasal dari perkebunan petani sepertinya  menjadi dilemma. Pasalnya harga karet yang  dihasilkan oleh petani terus terjun bebas.

Banyak petani yang lesu ketika harga karet sudah mampu menopang kehidupannya lagi. Bahkan ironisnya banyak petani karet di Sumsel menjual barang simpanan, bahkan kendaraan yang diperoleh dari hasil kredit tak mampu lagi dibayar, akhirnya dealer pun banyak menarik kembali kendaraan tersebut.

“Harga karet rata-rata saat ini hanya dirata Rp8.400 per kg – Rp9.000 per kg, jauh dengan keadaan sebelum 5 tahun lalu yang bisa tembus mencapai Rp14-Rp15 per kg,”tutur salah satu petani karet di Banyuasin yang tak mau disebutkan namanya, akhir pekan ini.

Sumsel sendiri sebenarnya salah satu Provinsi yang memiliki luas lahan karet terbesar di Indonesia, dengan dominasi perkebunan rakyat mencapai luas 886.000 hektare atau 96% dari total areal perkebunan di Sumsel .

Dengan menyebar di beberapa daerah, seperti Kabupaten Musi Rawas (23%), disusul oleh Musi Banyuasin (17%), Muara Enim (19%), Ogan Komering Ilir (12%), Banyuasin (10%) dan Ogan Komering Ulu (7%).

Sumsel sendiri sebenarnya salah satu Provinsi yang memiliki luas lahan karet terbesar di Indonesia. Gabungan Pengusaha Karet Indonesia [Gapkindo ] Sumsel menyebutkan produksi karet rakyat di Sumsel diperkirakan mencapai 148.000 ribu ton lebih sedangkan perkebunan besar hanya meningkat 2.544 ton dan meningkat 41.000 ton pada 2004 lalu. Sumatra Selatan menargetkan produksi karet alam sebesar 800 ribu ton pada tahun 2009.

Diprediksi pada tahun 2020 produksi karet alam dunia akan mencapai 11,5 juta ton. Sekitar 70% alam dunia diperuntukkan bagi industri ban. Indonesia ditargetkan memasok 29% atau 3,3 juta ton karet kering. Sumatra Selatan akan dengan berbagai keunggulan yang dimiliki akan mengisi peluang pasar tersebut. pada 2009 luas areal perkebunan karet menjadi  1  juta hektare dan Sumatra Selatan memasok 800.000 ton karet kering.

Diprediksi pada tahun 2020 produksi karet alam dunia akan mencapai 11,5 juta ton. Sekitar 70% alam dunia diperuntukkan bagi industri ban. Indonesia ditargetkan memasok 29% atau 3,3 juta ton karet kering. Sumatra Selatan akan dengan berbagai keunggulan yang dimiliki akan mengisi peluang pasar tersebut. Tahun 2009 luas areal perkebunan karet menjadi  1  juta hektar dan Sumatra Selatan memasok 800 ribu ton karet kering.

Terkait dengan suburnya karet di Sumsel, karena Sumsel memiliki curah hujan bervariasi dari 2.000 mm sampai 3.500 mm, suhu berkisar antara 200C sampai dengan 350C dengan rata-rata 28OC. Kondisi tanah terdiri dari atas 11 klasifikasi tanah dan tanah uang terluas adalah jenis tanas Podsolik. Kondisi iklim dan tanah demikian sangat sesujai untuk pertumbuhan tanaman karet.

Nah, untuk menyelamatkan potensi yang cukup besar di komoditi karet tersebut, Pemprov Sumsel  berupaya mencari jalan solusinya, agar karet petani mampu memilih harga yang tinggi.Salah satunya dilakukan itu, dengan melibatkan semua unsur yang terkait.

Gubernur Sumatera Selatan H Herman Deru   saat ditemui  usai memimpin rapat yang digelar di Griya Agung Palembang, Jumat (1/2/2019) petang menegaskan, dari hasil pembicaraan dengan pihak terkait  seperti jajaran Polda Sumsel, Gapkindo, Apkarindo, PTPN 7, Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional Palembang, Pusat Penelitian Karet  Balai Karet Sembawa.

Dari pertemuan itu, lanjutnya  berbagai masukan , saran dan pendapat para peserta rapat ditarik kesimpulan kedepan harus  ada  perbaikan mutu dan kualitas getah karet  hasil produksi petani di Sumsel.

Perbaikan kualitas  getah karet tersebut dimulai dengan proses  pembekuan harus menggunakan asam semut yang fungsinya untuk menekan kadar air.

“Kita butuh peran serta dari semua  yang hadir ini. Untuk menyampaikan dengan masyarakat, agar tidak lagi menggunakan cuka para dan tawas. Namun gunakan rekomendasi dari pemerintah yakni asam semut,”  tegas Herman Deru.

Karena harga  karet dipengaruhi harga dunia, maka Pemerintah Provinsi Sumsel lanjut Herman Deru akan membuat suatu formula yang diharapkan dapat menjawab keluhan petani karet selama ini.

Selain harus adanya peningkatan kualitas dan mutu. Juga harus dilakukan pemangkasan birokrasi produksi hingga karet masuk ke pabrik.  Salah satunya dalam waktu dekat akan dibuatkan Peraturan Gubernur (Pergub) tentang Penerapan Tata Niaga Karet dan pembentukan UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) bertujuan sebagai sarana bagi petani untuk meningkatkan mutu karetnya.

“Nanti para UPPB ini akan kita lantik,  sehingga dapat menjalankan perannya melakukan pembinaan pada masyarakat sebagaimana dahulu ada PPL,” tambah Herman Deru.

Selain itu para petani karet di Sumsel  diupayakan dapat meningkatkan produksi getahnya melalui subsidi pupuk, dan subsidi  asam semut.

“ Yang lebih peting lagi kita akan upayakan agar petani memiliki alat ukur  kadar air. Jadi kedepan jangan ada lagi petani karet yang  justru melakukan tindakan curang dengan memasukan tatal kayu. Sandal jepit. Atau malah getahnya direndam. Tindakan ini justru akan merugikan petani sendiri. Sebab pabrik tidak akan mau membeli dengan harga tinggi. Jika petani tidak memperhatikan mutu dan kualitas getah,” imbuhnya.

Dia  berharap kedepan tidak ada lagi petani karet di Sumsel yang  mengangap pemerintah daerah tidak melakukan upaya dalam meningkatkan harga getah karet rakyat ini.

“Untuk itu kita akan buka akses informasi harga karet terkini. Disamping akan kita upayakan membuat hilirisasi. Dengan  membuka seluas luasnya peluang usaha membuat bantalan rel berbahan baku karet misalnya. Dan ini akan saya sampaikan dengan menteri perhubungan. Untuk pembuatan ban mobil, sepeda motor dan sepeda. Saya tegaskan harus terealisasi. Nanti pemanfaatannya diperuntukan bagi kendaraan dinas,” tandasnya.[**]

Penulis : One

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com