Palembang – PT Pupuk Sriwidjaja Palembang mengakhiri pengantongan pupuk dan amoniak akhir tahun 2018, dan mengawali pengantongan pupuk 2019.
Dirut PT Pusri Palembang, Mulyono Prawiro mengatakan pada 2018 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PT Pusri Palembang, karena harus berhadapan dengan berbagai kendala serta persoalan.
Oleh sebab itu, Mulyono berharap kepada seluruh karyawan karyawan harus bekerja keras dan melakukan efesiensi, karena Pusri III dan IV masih boros penggunaan gas, sehingga dengan efiensi, enovasi, kreatif dengan teknologi perseroan mampu bersaing dengan pupuk luar.
“PT Pusri Palembang yang sudah berumur tua dan boros penggunaan gas, harga gas yang tinggi, jauh dari harga yang diperoleh competitor kita, sehingga berdampak pada harga jual produk komersil,”ungkapnya dalam sambutan Pengantongan Produksi akhir 2018 dan Pengantongan Produksi 2019, Senin malam (24/12/2018).
Mulyono menerangkan untuk mengejar pendapatan bersih lebih baik dari rencana kerja dan anggaran perusahaan [RKAP] perlu kontribusi besar bersama dari seluruh karyawan pada 2019.
“Beberapa iklim bisnis regional maupun global masih perlu dicermati lagi, belum stabil perekonomian dalam negeri dan global masih berpengaruh pada seluruh industri dalam negeri, kita harus lebih fokus lagi, dan berusaha keras memulainya pada 2019,”paparnya.
Pada 2019, lanjutnya ada pengurangan jatah PSO, jika penyerapan pupuk subsidi tidak tercapai target. Artinya produksi yang telah di targetkan dalam RKAP harus habis terjual.
“Tidak ada penambahan stok, dan produksi harus habis terjual, dengan sistem begitu dapat menekan produksi komersil ke depannya,”paparnya.
Ke depannya perseroan mulai sedikit demi sedikit melakukan perubahan iklim bisnis, salah satunya Transformasi digital, dengan perubahan tersebut dapat efisiensi dari sisi operasional.
“Kita dapat meningkatkan kompetisi melalui teknolgi digital, salah satunya dengan E-PAS, aplikasi ini dapat melayani dan mengatasi masalah dalam pertanian dan agrobisnis, sehingga Pusri Palembang dapat bersaing di pasar,”terangnya.
Mulyono melaporkan realisasi produksi amoniak, urea dan NPK. Produk Amoniak selama 2018 untuk Pusri –I ,realisasi 395,140 dan RKAP 384,300 atau 103%, Pabrik Pusri -III realisasi 364,400, RKAP 363,100, atau 100%, Pusri-II B, realisasi 614,670, RKAP 668, 000, atau 92%, total realisasi produksi amoniak 2018 mencapai 1,531,570 ton lebih tinggi dari RKAP sebesar 1,415,400 ton atau RKAP 108%.
Sementara pupuk NPK realisasi produksi mencapai 104,290 ton, sementara RKAP mencapai 100.000 ton atau RKAP 104%. Selain itu, paparnya produksi pupuk urea pada 2018, Pusri I B realisasi sebanyak 486,650, RKAP 526,700 atau RKAP 92 %, Pusri III 424,680, RKAP 558,400, RKAP 76%, sementara Pusri II B 921,650, RKAP 942,400, atau RKAP 98%. Total produksi urea 2018 yakni 2,175,200 ton sementara RKAP 2,027,500 ton atau 107%.
Pengantongan pupuk dan amoniak 2018 dan pengantongan awal 2019, dihadiri seluruh jajaran direksi dan seluruh Komisaris PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.[**]
Penulis : One