SUMSELTERKINI.CO.ID, PALEMBANG – Ketua Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gertakin) Sumsel, Iwan Octarianto Lubis menilai Sistem Bahasa Isyarat (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) yang diterapkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terasa masih menyulitkan tuna rungu untuk berinteraksi.
Pasalnya menurut dia, karena selain kurang bermasyarakat, nyatanya SIBI sendiri terasa sulit dipahami bagi siswa tuli dalam mengenyam pendidikan formal.
“Di Indonesia dalam komunikasi tuli terdapat Sistem Bahasa Isyarat (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo). Perbedaannya secara teknis dalam komunikasi SIBI menggunakan abjad sebagai panduan bahasa isyarat tangan satu, sementara Bisindo menggunakan gerakan kedua tangan,” urai Iwan saat di terjemahkan oleh volunteer atau relawan pemandu Bahasa di acara memperingati Hari Bahasa Isyarat Internasional yang jatuh pada 23 – 30 September 2018, dan sekaligus memperingati acara pekan tuli Internasional, di Kambang Iwak Park (KIP) Palembang, minggu (23/9/2018).
Selain itu menurutnya di Sumatera Selatan penggunaan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) masih minim sekali, itu yang menjadi landasan pihaknya mengangkat tema ‘Bahasa Isyarat Semua Orang Terlibat’ dalam memperingati Hari Bahasa Internasional kali ini.
“Saya dan teman-teman Gertakin berharap, Bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) harus menjadi bahasa isyarat resmi yang digunakan kaum tuli atau tuna rungu,”tutupnya.[fly]