Pertambangan & Energi

Perut Bumi Bikin Muba Nggak Sesak Napas Lagi

ist

KAS daerah diibaratkan tubuh manusia, mungkin sekarang Muba lagi kayak orang habis lari maraton 10 kilometer, ngos-ngosan, keringetan, tapi masih nekat senyum biar kelihatan kuat di depan rakyat. Untungnya, sebentar lagi ada oksigen tabung dari perut bumi Participating Interest (PI) 10 persen. Nah, ini dia yang katanya bakal jadi “napas buatan” buat Muba di tengah kondisi fiskal yang mulai megap-megap.

Jadi gini ceritanya. Pemerintah lewat Kementerian ESDM baru aja memperbarui aturan  Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2025. Intinya, daerah penghasil migas, termasuk Kabupaten Muba, bakal dapat jatah PI 10 persen dari hasil pengelolaan migas di wilayahnya. Dan kabar baiknya, Muba tinggal selangkah lagi buat nyicip kue itu.

Muba udah pasang kuda-kuda sejak awal. Katanya, PI 10 persen ini bukan cuma rezeki nomplok, tapi “darah baru” buat keuangan daerah. Apalagi tahun depan, TKD alias Transfer ke Daerah bakal dipotong. Lah, belum mulai tahun aja udah deg-degan duluan.

“Ini sumber pendapatan baru buat Muba,” ujar Apriyadi saat masih menjadi Sekda Pemkab Muba dalam Rapat di Kantor Dinas ESDM Sumsel, Palembang, Senin kemarin (3/11/2025).
Waktu itu beliau nggak sendirian rombongan lengkap kayak tim Avenger  ada Kabag Hukum, Kabag Perekonomian, Kabag SDA, sampai Dirut PT Muba Energi Maju Berjaya, Dr. Donny Meilano. Lengkap sudah, tinggal nunggu ‘aksi di lapangan’.

Nah, biar nggak asal comot, prosesnya mesti lewat tahapan yang disebut due diligence  istilah kerennya, semacam pemeriksaan kelayakan.

Jadi, sebelum duit migas itu benar-benar mengalir, harus dipastikan dulu siapa yang berhak, siapa yang kuat, dan siapa yang beneran mampu ngelola.

Ada tiga lembaga independen yang ngajuin diri buat ngecek, yaitu Politeknik Akamigas Palembang, LAPI ITB, dan PT Paleopetro.
Dan akhirnya, setelah debat ala ‘sidang Avengers’, dipilihlah Politeknik Akamigas Palembang.

Alasan klasik tapi logis, lengkap administrasinya, SDM-nya siap, dan ya… namanya juga anak daerah, masa ladang sendiri diserahkan ke orang luar?

Kepala Dinas ESDM Sumsel, Hendriansyah ST MSi, bilang, sekarang prosesnya udah sampai tahapan enam menuju tujuh, deadline-nya 26 November 2025.
Bahasanya kayak lomba tujuh pos pramuka, tinggal satu lagi sampai finish.
Kalau lancar, akhir tahun ini Muba udah bisa cuci muka pakai duit minyak.

Tapi… jangan keburu senang dulu. Duit PI 10 persen ini bukan sulap yang langsung bikin jalan mulus, kantor kinclong, dan PAD meroket.
Butuh manajemen, integritas, dan perencanaan. Kalau salah kelola, bisa-bisa uang yang niatnya buat oksigen malah jadi racun.

Sekda Apriyadi udah wanti-wanti, PI ini harus dikelola transparan dan produktif.
Jangan sampai jadi uang dingin yang cuma nongkrong di rekening daerah, atau malah jadi bahan rebutan politik menjelang pilkada.
Sebab, kayak pepatah lama bilang  “rezeki itu kalau tak pandai menampung, bisa tumpah sebelum sampai ke piring”.

Secara ekonomi, PI 10 persen ini potensinya gede banget.
Bayangin, kalau harga minyak dunia lagi naik, nilai PI daerah juga ikut terdongkrak.
Artinya, Muba punya peluang dapat sumber pendapatan non-pajak yang berkelanjutan.

Tapi di sisi lain, Muba juga harus realistis. Produksi migas nasional udah mulai menurun beberapa tahun terakhir.
Ladang minyak bukan sumur ajaib yang bisa disedot terus. Maka strategi jangka panjangnya, hasil dari PI ini harus jadi modal transformasi ekonomi.
Misal, sebagian dialokasikan buat bangun energi terbarukan, pendidikan vokasi migas, atau pengembangan industri turunan.

Kalau Muba cuma jadi penonton di ladang sendiri, ya percuma juga.
Makanya, berdirinya PT Muba Energi Maju Berjaya itu langkah cerdas.
Daerah punya kendaraan sendiri buat ikut bermain, bukan sekadar nunggu bagi hasil dari pusat.

Kemandirian daerah

Cerita PI 10 persen ini bukan sekadar tentang uang. Ini soal kemandirian daerah, bagaimana Muba belajar berdiri di atas kaki sendiri, menggali potensi alam dengan otak, bukan cuma dengan bor.

Kalau dulu orang bilang, “rejeki itu ada di tangan Tuhan”, sekarang tambahannya “…asal kita mau buka tangan, bukan cuma buka proposal”.

Artinya, daerah jangan cuma berharap dari transfer pusat. Muba udah benar  cari peluang dari aset sendiri. Tapi ingat, migas itu sumber daya yang bakal habis, sementara kebutuhan rakyat nggak pernah habis. Jadi, kalau sekarang dapat durian runtuh dari perut bumi, jangan langsung pesta makan durian rame-rame  sisakan bijinya buat ditanam lagi.

PI 10 persen ini ibarat napas baru buat Muba  oksigen yang datang di saat kas daerah lagi sesak. Tapi oksigen pun harus dikelola kebanyakan bisa bikin pusing, kekurangan bisa bikin pingsan.

Maka itu, pemerintah daerah mesti pintar ngatur ritme, misalnya kelola dengan profesional lewat BUMD yang kuat, gunakan hasilnya untuk investasi jangka panjang, bukan konsumsi sesaat, libatkan masyarakat biar tahu ke mana arah duitnya mengalir.

Kalau semua itu dijalankan, bukan mustahil Muba suatu saat bisa dikenal bukan cuma karena minyaknya, tapi karena kemampuannya mengolah “berkah perut bumi” jadi kesejahteraan yang nyata.

Dan kalau itu terjadi, baru bisa kita bilang dengan bangga “Perut bumi memang nggak cuma ngasih minyak — tapi juga napas panjang buat masa depan Muba”.[***]

Terpopuler

To Top