Palembang Terkini

“Biar Nggak Disalip Emak-Emak Pakai Fintech, BPR Harus Lincah”

ist

KABAR baik itu datang dari sebuah hotel yang namanya agak ke-Barat-baratan Hotel Harper Palembang. Senin pagi, di bawah cahaya lampu gantung yang bersinar seperti harapan rakyat menabung, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. BPR Palembang digelar. Yang hadir? Wali Kota Palembang, Bapak Ratu Dewa, dengan senyum semringah seperti baru dapet bonus THR padahal lebaran udah lewat dua bulan.

Dalam rapat itu, BPR Palembang unjuk gigi, bukan gigi palsu ya, tapi gigi kinerja. Dapat penghargaan ini itu, laporan keuangan dapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dan status kesehatannya  sehat wal afiat. Kalau BPR itu manusia, sudah bisa lari pagi sambil joget poco-poco.

Namun, mari kita berhenti sejenak dari euforia dan tanya satu hal penting “Sehat doang cukup gak sih di zaman yang serba cepat ini?”. Jangan-jangan BPR kita sehat, tapi kurang cekatan, sehat tapi malas inovasi. Sehat tapi kalah saing, Kalau begini terus, lama-lama bisa kalah sama koperasi simpan pinjam ibu-ibu pengajian RW 03 yang sudah pakai aplikasi digital!.

BPR jangan cuma puas dengan sehat, sehat itu baru syarat, bukan prestasi puncak. Sekarang zamannya kreatif, bukan pasif. Inovatif, bukan reaktif. Lihat tuh, BPR Dana Mandiri dari Bali, meski ukurannya mini, pelayanannya udah digital, ada aplikasi mobile, bisa pinjam lewat HP, dan nasabahnya bisa buka rekening sambil nyuci mobil. Ada juga BPR Lestari yang tagline-nya aja udah keren “BPR Rasa Bank Besar.” Mereka lincah, pintar baca tren, bahkan punya program edukasi keuangan buat UMKM. Nah lho, Palembang siap ngelawan?

Jangan kalah juga sama Filipina, di sana, microbanking jalan terus sambil mengembangkan community banking yang dikemas gaya kekinian. Nasabah diajak ngopi sambil konsultasi keuangan. Kalau BPR Palembang masih pakai sistem “ayo datang ke kantor, bawa fotokopi 16 lembar,” ya wassalam.

Balik ke Indonesia ada BPR Lestari (Bali), ekspansi ke berbagai daerah (Bali, Jawa, dan Sumatera). Fitur unggulan aplikasi mobile banking “LestariMobile”, tabungan digital, layanan jemput bola ke nasabah, edukasi keuangan lewat podcast dan media sosial, program unik  Lestari untuk Negeri, CSR untuk pendidikan dan UMKM.

BPR Karya Remaja Indramayu (Jawa Barat), fokus ke UMKM dan petani kecil. Inovatif dalam sistem agunan fleksibel dan pinjaman musiman (misalnya panen raya, lebaran, dll). Sudah digitalisasi laporan dan sistem monitoring kreditnya. Sering masuk 10 besar BPR terbaik nasional. BPR NBP 21 (Bogor), salah satu BPR dengan aset di atas Rp 1 triliun, aktif dalam mendigitalisasi sistem layanan, kolaborasi dengan lembaga pendidikan untuk literasi keuangan siswa dan guru.

Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, mengingatkan bahwa BPR harus terus meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Pepatah rakyat bilang, “Ayam mati di lumbung padi, BPR jangan mati di tengah kota.” Artinya, jangan sampai BPR dikelilingi peluang tapi malah diam di tempat. Kalau tak pandai menjemput zaman, bisa-bisa ditinggal generasi muda yang sekarang sukanya bayar pakai QRIS dan nabung lewat TikTok.

BPR yang hanya sehat tapi tak gesit, itu ibarat pemain cadangan yang cuma jago pemanasan. Pakai rompi kuning terus, tapi nggak pernah masuk lapangan. RUPS ini harus jadi titik tolak. Evaluasi jangan cuma buat bahan pidato atau pajangan slide PowerPoint. Harus konkret. Harus ada gebrakan. Kalau perlu, bikin program pinjaman khusus untuk pelaku UMKM kuliner pemula biar pempek  bisa ekspor ke Qatar.

Atau bikin inovasi tabungan untuk pelajar dengan sistem game, makin rajin nabung, makin banyak poin, bisa ditukar es krim atau tiket nonton konser Rhoma Irama (kalau masih konser).

Artinya, BPR jangan cuma jadi tempat simpan uang. Tapi harus jadi solusi keuangan, penggerak ekonomi mikro, dan tempat cerita rakyat tentang mimpi punya usaha sendiri, karena kalau tidak, nasabah bakal pindah ke fintech. Lalu kita cuma bisa mengenang BPR seperti mengenang warung kelontong Pak Somad yang tutup gara-gara mini market buka 24 jam.

Ingat pesan bijak dari ujung lorong Palembang “Kalau tak mau berubah, bersiaplah ditinggal sepeda listrik”, dorong PT. BPR Palembang tak hanya jadi “sehat secara kertas”, tapi juga lincah seperti kucing kena air, pintar seperti emak-emak nawar daging, dan tangkas seperti murid SD lihat tukang bakso lewat, karena dalam dunia perbankan, yang pelan akan tergilas, dan yang diam akan dilupakan.

Kalau Anda nasabah, ayo awasi, kalau anda pegawai, ayo bergerak, dan kalau anda Wali Kota, silakan terus dampingi, tapi sesekali, tambahkan bonus kreativitas seperti melempar ide “Bagaimana kalau kita bikin festival tabungan rakyat sekampung?”. Toh, kata pepatah “Biar kecil asal gesit, daripada besar tapi ngulit”.

Terpopuler

To Top